(Tengah) Dekan FILKOM UB, Ir. Tri Astoto Kurniawan, S.T., M.T., Ph.D. saat menjelaskan kegiatan FACE IT yang digelar di Filkom UB, Senin (27/10/2025). (Foto: M. Abd. Rachman Rozzi/Malang Post)
MALANG POST – Universitas Brawijaya (UB) terus memperlihatkan kiprahnya dalam menggabungkan kekuatan akademik global dengan tantangan lokal. Dalam rangka merayakan hari jadi ke-14 program Face IT 2025, Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) berinovasi dengan memberdayakan mahasiswa asing untuk turut terlibat dalam pemecahan masalah nyata di wilayah pedesaan Indonesia.
Tema yang diusung tahun ini adalah “A+X: Artificial Intelligence and Its Cross-Disciplinary Impact.” Sebanyak 397 peserta dari 32 negara bergabung, menjadikan Face IT 2025 salah satu kegiatan akademik internasional terbesar di Indonesia. Melalui pendekatan lintas disiplin, mahasiswa asing maupun lokal akan merancang solusi teknologi yang relevan bagi kebutuhan desa, terutama di bidang pertanian, pendidikan dan pengelolaan lingkungan.
Dekan FILKOM UB, Dr. Tri Astoto Kurniawan, menyatakan bahwa program ini tidak sekadar berbagi ilmu, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial universitas.
“Ini adalah kegiatan kedua kalinya,” ujar Tri Astoto saat pembukaan acara, Senin (27/10/2025). “Harapannya ada rekognisi dari kegiatan akademik untuk kurikulum kita. Dengan begitu mahasiswa asing tidak sekadar jalan-jalan, melainkan memberikan kontribusi nyata bagi permasalahan di pedesaan.”

Tri Astoto menambahkan, peserta asing berasal dari 30 negara dan 75 kampus, akan melaksanakan kegiatan secara offline di UB. Mereka akan bertemu dengan perangkat desa untuk memahami tantangan yang ada, lalu memaparkan solusi dalam karya tulis atau esai yang nantinya dilombakan.
Sementara itu, Hendrix Yulis Setyawan, Ph.D., Acting Director of the International Office UB, menekankan pentingnya sinergi antara internasionalisasi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
“Kami melihat masih ada desa yang kesulitan akses layanan kesehatan. Kami mengajak AI untuk meningkatkan akses kesehatan, serta memperkuat literasi pemuda di pedesaan,” katanya.
Hendrix menilai inisiatif ini memperkuat visi UB sebagai World Class University yang tetap berlandaskan nilai kemanusiaan. Kolaborasi mahasiswa asing dengan komunitas desa merupakan bentuk diplomasi pendidikan yang efektif—mengajarkan kerja sama global melalui aksi nyata.
UB melalui FILKOM juga akan menanamkan etika dan keselamatan AI, sebab teknologi ini bergantung pada bagaimana manusia mengoperasikannya. Kepala International Relations Office FILKOM UB, Dr. Muhammad Ali Fauzi, menjelaskan bahwa Face IT adalah wadah menanamkan nilai kolaborasi global yang nyata.

“Face IT bukan sekadar program akademik, tetapi jembatan untuk mempertemukan budaya, pemikiran, dan inovasi. Kegiatan ini membuka peluang kolaborasi global dan memperluas wawasan mahasiswa terhadap isu terkini, terutama Artificial Intelligence,” ujar Fauzi.
Ia menambahkan bahwa kegiatan lapangan di desa menjadi momen penting bagi peserta internasional untuk memahami konteks sosial Indonesia secara langsung.
“Kami ingin Face IT menjadi pengalaman akademik yang juga emosional. Peserta belajar teknologi sambil memahami bagaimana Indonesia memandang kolaborasi dan keberagaman,” lanjutnya.
Dengan menggabungkan pendekatan akademik, budaya, dan pengabdian masyarakat, Face IT 2025 membuktikan bahwa UB tidak hanya mempersiapkan mahasiswa untuk bersaing secara global, tetapi juga membentuk mereka sebagai agen perubahan sosial. Ke depan, UB berencana memperluas kerja sama dengan lebih banyak universitas luar negeri dan melibatkan lebih banyak desa mitra di seluruh Indonesia.
“Melalui Face IT, kami ingin menunjukkan potensi besar Indonesia dalam kancah akademik global. FILKOM UB berkomitmen mencetak generasi muda yang siap bersaing dan berkolaborasi secara internasional,” pungkas Dr. Muhammad Ali Fauzi. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




