
Para peserta Konservasi Museum Mpu Purwa yang digelar Dindikbud Kota Malang, Rabu (25/6/2025), antusias membersihkan arca koleksi museum itu. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
MALANG POST – Para peserta kegiatan Konservasi Museum Mpu Purwa sangat antusias saat merawat arca-arca koleksi Museum Mpu Purwa, Selasa (24/6/2025). Ada 5 arca yang digunakan untuk contoh konservasi dalam kegiatan yang digelar Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Malang itu.
Ada dua nara sumber yang jadi pemberi materi dan pemandu praktik konservasi. Yaitu, Rakai Hino Galeswangi (Ketua Tim Ahli Cagar Budaya/TACB Kota Malang) dan Nona Nur Madina (Anggota TACB Jombang). Sebelum peserta mengikuti praktik perawatan, nara sumber memaparkan terlebih dulu pentingnya konservasi secara panjang lebar
Juga soal teknis pembersihan benda-benda arkeologi, termasuk arca. Menurut Nona, konservasi arkeologi adalah serangkaian tindakan yang bertujuan, untuk memperpanjang umur benda-benda arkeologi, baik secara fisik dan intelektual.
“Konservasi itu mencakup pencegahan kerusakan, perlindungan fisik, serta pemeliharaan nilai-nilai yang melekat pada cagar budaya yang bersangkutan,” jelas Nona.

Kabid Kebudayaan Dindikbud Kota Malang, Juli Handayani, memberikan sambutan. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Konservasi itu ada dua jenis, yaitu preventif dan kuratif. Kuratif meliputi pembersihan, konsolidasi dan restorasi. Sedang preventif meliputi: pengendalian lingkungan (suhu, kelembaban dan cahaya), pengemasan yang tepat, monitoring berkala dan dokumentasi.
Sedang tujuan dari konservasi adalah melestarikan nilai budaya dan sejarah, mencegah kerusakan lebih lanjut, memudahkan penelitian dan studi, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap masa lalu.
Untuk pembersihan secara mekanis bisa menggunakan kuas, spatula kayu, sikat halus. Pembersihan dengan air dengan penyempurnaan bertekanan rendah. Pembersihan kimia gunakan larutan khusus jika diperlukan.
Setelah pemaparan teori, peserta langsung praktik dipandu kedua nara sumber. “Mereka kami minta untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan arca yang belum pernah dipublikasikan. Arca-arca itu selama ini disimpan di storage,” ujar Rakai Hino Galeswangi.
Kepala Bidang Kebudayaan Dindikbud Kota Malang, Juli Handayani, SE, MM, mengatakan kegiatan konservasi ini merupakan rangkaian dari seminar koleksi Museum Mpu Purwa yang digelar pada 18 dan 19 Juni 2025. “Kalau yang seminar itu lebih ke teorinya, tetapi kegiatan konservasi ini lebih ke praktik perawatannya,” jelas Juli Handayani.

Narasumber, Nona Nur Madina, memaparkan soal konservasi museum. Narasumber lain di acara ini adalah Rakai Hino Galeswangi. (Foto: Eka Nurcahyo/Malang Post)
Peserta sebanyak 140 orang dari guru SD, SMP, masyarakat dan mahasiswa. Tujuannya, agar mereka mengerti dan memahami bagaimana cara membersihkan dan merawat benda-benda arkeologi, seperti arca maupun artefak . Karena, ada juga benda arkeologi yang tak disimpan di museum, tetapi disimpan pribadi atau yang ada di lingkungan. Seperti yang ada di SDN Dinoyo 2. “Karena itu, dalam kegiatan ini kami juga melibatkan masyarakat,” jelasnya.
Terkait inovasi, agar para guru menularkan pengetahuan konservasi ini ke para siswanya, Juli setuju. Nanti, guru bersama siswa bisa langsung praktik konservasi di museum dengan dipandu para juru rawat koleksi museum.
Seorang peserta konservasi museum, Roni Rudianto, dari SMPI Ma’arif 02 Janti, saat ditemui terpisah menyambut positif kegiatan yang banyak manfaatnya ini. Karena, kegiatan ini dapat mengenalkan guru dan para siswa akan benda bersejarah, peninggalan para leluhur yang harus dilestarikan. Ternyata untuk melestarikan tidak mudah. Butuh pengetahuan, agar benda bersejarah seperti candi, arca dan lainnya tidak cepat rusak.
Eni Wulandari, guru SMPN 26 Kota Malang, bersyukur bisa ikut kegiatan ini. Karena, sangat bermanfaat. Dari yang semula tidak mengetahui, sekarang mengetahui bagaimana cara merawat benda-benda bersejarah itu. Seperti arca dan lainnya. (Adv-Eka Nurcahyo)