
Opening Ceremony 10th University Consortium Graduate Forum (SEARCA), di gedung Auditorium Universitas Brawijaya (UB) Senin 02 Juni 2025. (Foto: Istimewa)
MALANG POST- Sejumlah mahasiswa pasca sarjana dari berbagai negara ASEAN, melaksanakan Opening Ceremony 10th University Consortium Graduate Forum (SEARCA), di gedung Auditorium Universitas Brawijaya (UB) Senin 02 Juni 2025.
Forum yang menjadi ajang tahunan ini dihadiri perwakilan dari 18 perguruan tinggi di Asia, dan menjadi panggung berbagi riset serta membangun jejaring akademik antarmahasiswa magister dan doktoral.
Kepala UPT International Academic Affairs (IAA) UB, Dr. Didik Hartono, S.S., M.Pd, menyebut forum ini sebagai peluang besar untuk memperkuat kerja sama akademik dan membangun publikasi riset kolaboratif.
“Mereka sharing tentang hasil-hasil riset mereka, dan kemudian nanti akan menjadi sebuah joint research, dan kemudian joint publication. Itu membangun nuansa akademis di antara beberapa perguruan tinggi yang terkait,” ujar Didik.
Dalam kesempatan ini Wakil Rektor I UB, Prof Dr Imam Santoso, M.P bisa ditemui di Auditorium Universitas Brawijaya di Kota Malang, Jawa Timur, Senin (2/6/2025).
Ditemui selepas kegiatan, Prof Imam, mengatakan salah satu isu strategis yang dinilai menjadi hambatan atau tantangan pada bidang pertanian adalah perubahan iklim.
“Ajang ini mempertemukan mahasiswa pascasarjana se-ASEAN untuk menyampaikan gagasan tentang pembangunan pertanian. Ada 12 perguruan tinggi dari negara ASEAN, tapi juga ada yang dari regional lain, seperti Jepang ikut ke sini,” kata Imam.
Sementara itu penanganan yang dinilai paling tepat dalam menghadapi persoalan tersebut, yakni melalui pengembangan teknologi pada bidang pertanian.
“Bagaimana teknologi pertanian mampu menjadi aspek untuk menyelesaikan persoalan yang ada,” ujarnya.
Imam berharap forum diskusi ini bisa ditindaklanjuti dengan terbentuknya jaringan kolaborasi antar mahasiswa pascasarjana di bidang pertanian untuk melaksanakan riset dan penelitian.
“Istilah dari Pak Mendiktisaintek bahwa pendidikan tinggi harus memberikan dampak, yakni kepada masyarakat dengan konteks dan juga reputasi kampus,” ucapnya.
Sementara itu, SEARCA Director and Head, UC Secretariat Dr Mercedita A Sombila mengatakan transformasi teknologi akan menciptakan sistem ketahanan pada bidang pertanian.
“Kami berupaya mentransformasikan sektor agrikultur sehingga menciptakan pertanian yang berkelanjutan, itu lebih memiliki ketahanan untuk membantu memberikan dampak perekonomian kepada masing-masing negara,” ujarnya.
Selain persoalan iklim, Marcela menyoroti bahwa tantangan yang dihadapi sektor pertanian saat ini bisa karena beberapa faktor, seperti perang tarif dan konflik antar negara.
Dua isu itu pun juga dibawa pada forum kali ini, sehingga para mahasiswa pascasarjana pertanian bisa turut mengambil peran di dalam merumuskan dua permasalahan itu.
“Kami berkeinginan menguatkan mereka dengan adaptasi teknologi, sehingga bisa diaplikasikan di pertanian,” tandasnya (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)