
Malang Post – Wakil Direktur II Pascasarjana Unisma, Dr. Rulam Ahmadi, ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk mengatakan, faktor anak putus sekolah dimulai dari keterbatasan ekonomi. Yang membuat mereka memilih langsung bekerja, meskipun tidak memiliki keterampilan.
Selain itu juga didorong oleh faktor orang tua, yang tidak mendukung anaknya untuk bersekolah. Padahal pada jenjang SD – SMP, anak-anak masih membutuhkan motivasi tinggi.
“Banyak sekolah yang tidak tepat dalam membuat kurikulum. Padahal kurikulum harus relevan dengan kebutuhan yang ada di lingkungan masyarakat tersebut,” katanya di acara yang disiarkan langsung Radio City Guide 911 FM, Kamis (3/8/2023).
Jika Kurikulum tersebut tidak relevan, katanya, maka masyarakat akan merasa sia-sia jika bersekolah.
Maka dari itu, diperlukannya evaluasi secara bertahap. Agar pemecahan masalah tersebut bisa tepat dan akurat.
Rulam juga menyarankan, agar Pemerintah bisa mengajak mahasiswa di perguruan tinggi di Malang, untuk berkolaborasi guna peningkatan mutu pendidikan. Khususnya mahasiswa dari Fakultas Ilmu Pendidikan.
“Pemerintah juga harus menggencarkan peningkatan motivasi sosial, untuk menumbuhkan kesadaran pada pendidikan.”
“Serta bekerja sama dengan perusahaan, untuk peningkatan kualitas pendidikan. Khususnya dari sarana, prasarana, maupun ragam beasiswa.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Suwadji menjelaskan, berdasarkan data Dapodik 2022, di Kabupaten Malang terdapat 2079 anak putus sekolah. Meliputi 673 siswa SD dan 1.406 siswa SMP. Tersebar di 33 Kecamatan Kabupaten Malang.
Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, katanya, telah membentuk Satgas Sapu Bersih Anak Putus Sekolah (SABER APS). Untuk mengidentifikasi alasan anak putus sekolah, yang juga bekerjasama dengan beberapa stakeholder. Dimulai dari tingkat desa.
“Selain SABER APS, Dinas Pendidikan akan menggalakkan program gerakan pendidikan kesetaraan Malang Makmur (GERTAK Malang Makmur ). Untuk menjaring anak anak yang putus sekolah. Agar bisa melanjutkan sekolah kembali. Diikuti dengan pendidikan keterampilan serta mendapat ijazah paket,” sebutnya. (Yolanda Oktaviani – Ra Indrata)