Malang – SANG legenda Arema FC pulang kampung. Itulah kicauan netizen di beberapa grup Facebook dan Whatsapp, seputar kembalinya Charis Yulianto ke Bhumi Arema, awal Februari 2020 lalu. Mereka menyebut: ‘Sam Charis Yulianto pulang kampung habitatnya, Bhumi Arema dan Singo Edan tambah edan lopp,’’ tulis Aremanita Korwil Kampus Universitas Brawijaya Malang, Matahari Putri Jauhari di grup Facebook, Aremania Korwil Facebook.
Charis Yulianto tak sendirian. Dia pertama datang melengkapi trio legenda Arema FC lainnya. Singgih Pitono mantan striker Arema era 1988-1996, yang juga top scorer Galatama 1991/1992 dan 1992/1993. Juga fulback Arema era 1991-1996 dan 2001, Kuncoro.
Charis Yulianto sendiri merupakan center back tangguh Arema era 1997-2002 dan 2011-2012 silam. Pemegang lisensi A AFC (2018) itu, diikat kontrak selama satu tahun dan berakhir 1 Januari 2021.
Bagaimana kiprah Charis Yulianto saat pulang kampung? Simak wawancara DI’s Way Malang Post dengan mantan kapten tim nasional ini.
Tujuh tahun meninggalkan Arema sejak ISL 2012 lalu sebagai pemain. Kini Anda kembai lagi sebagai asisten pelatih. Bagaimama perasaan Anda?
Syukur alhamdullilah, Sam. Saya luar biasa gembira dan senang. Jujur saja sejak tak lagi lagi bermain sepak bola ISL tahun 2012 lalu, pikiran saya selalu dipenuhi pertanyaan. Kapan ya saya bisa kembali ke Arema, meski bukan sebagai pemain, mungkin sebagai asisten pelatih. Alhamdulillah tahun 2020 ini, penuh berkah dan saya pulang kampung ke Arema. Secara pribadi saya cukup senang bisa kembali lagi ke Arema.
Seperti apa Arema di mata Anda?
Saat masih bermain, ada yang kurang dalam karir sepak bola saya, kalau belum bermain di Arema. Begitu juga ketika saya meneruskan menjadi pelatih, belum ada apa-apanya kalau belum gabung Arema. Arema itu istimewa. Mempunyai magnet besar bagi saya.
Siapa yang yang pertama menawari Anda ke Arema FC!
Coach Roberto Gomez (Roberto Mario Carlos Gomez, Red), dia yang ajak saya kembali berkerjasama di Arema FC, ketika dia akan melatih Arema. Secara khusus saya bisa diberi kepercayaan langsung sama coach Roberto Gomez, untuk membantu dia di Arema.
Artinya Anda merasa cocok bekerjasama dengan coach Roberto Gomez, sehingga tak menolak ketika diajak membantu dia di Arema FC.
Bukannya masalah saya cocok atau tidak cocok bersama coach Roberto Gomez. Namun dari dia saya banyak belajar. Dia pelatih cerdas berpengalaman dan hebat, serta kaya strategi. Jadi menurut saya, coach Roberto Gomez merupakan pelatih yang tepat dan sesuai untuk Arema.
Sebagai pelatih, Anda terlihat tetap familiar dan menyukai tim memainkan karakter keras khas Arema. Terutama lini belakang, posisi Anda bermain dulu, mengapa?
Karakter keras sepak bola ala Arema itu jawaban tepat untuk tipikal sepak bola Indonesia. Keras tapi tidak kasar lho dan itu sudah mendunia. Lihat saja Timnas Italia atau Timnas Indonesia era 1980-1990-an. Sebagai pemain, saya dulu juga seperti itu, keras dan tidak kasar. Saya sebagai bek tengah sangat terinspirasi gaya permainan Robby Darwis dan Franco Baresi. Keras tanpa kompromi.
Kini Anda benar-benar pulang ke Bhumi Arema, komentar anda?
Pertama saya harus mengucapkan terima kasih kepada manajemen Arema FC, yang telah memberikan kepercayaan kepada saya dan tentu coach Roberto Gomez yang merekomendasikan saya bantu dia di Arema FC untuk Liga 1 2020. Sulit mengatakan betapa senangnya saya. Tentu saja ini pekerjaan yang tidak mudah buat saya. Anda tahu sendiri, Arema itu tim besar. Tidak saja level nasional, tapi juga internasional sudah mengenal.
Bagaimana dengan Aremania?
Wah, jangan ditanya lagi soal kehebatan, fanatisme dan atraktif Aremania dalam mendukugn Arema. Sama dengan slogan mereka, Arema tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana. Saya sampai merinding kalau menyebut Aremania. Saya sudah tidak sabar Liga 1 2020 segera dimulai. Biar bisa lihat dan menjadi bagian mereka langsung mereka.
Apa target pribadi Anda bersama Arema FC pada Liga 1 2020?
Inshaallah juara Liga 1 2020, saya optimis itu bisa tercapai dengan kerja keras dan kekompakan semua elemen tim, pemain, pelatih dan Aremania tentu saja.
Pasca gantung sepatu selain menjadi asisten pelatih, apakah Anda memiliki aktivitas lain?
Saat ini saya ada bisnis keolahragaan, khususnya sepak bola. Sejak tahun 2015 mengelola Charis Football Academy/CSA Bekasi dan SSB Pratama Tambelang Bekasi. Di keduanya sebagai direktur teknik.Selain juga ada bisnis kecil-kecilan, rumah kos-kosan dan kuliner di Jakarta.
Diantara ketiga anak Anda, adalah yang mewarisi dan melanjutkan karir sepak bola?
Ada anak kedua saya, Juan Raffa Yulianto. Dia masih usia 11 tahun dan masuk SSB Pratama Tambelang Bekasi. Tapi posisi dia beda dengan saya. Dia winger dan saya dulu center back. Tapi untuk saat ini, semua anak-anak saya tetap harus menomorsatukan pendidikan formal dulu. (act/rdt)
BIODATA :
Nama : Charis Yulianto
Lahir : Blitar, 11 Juli 1978
Orangtua : Alm Supaman (ayah) dan Sutini (ibu)
Istri : Novianty Melati
Anak : Leon Farrel Raul Yulianto (17 tahun), Juan Raffa Yulianto (11 tahun), Avicha Rajwa Yulianto (5 tahun)
Alamat : Bekasi, Jawa Barat
Lisensi pelatih : A AFC 2018 (Jakarta dan Yogyakarta), B AFC 2017 ( Jakarta), C AFC 2013 (Jakarta)
Pemain idola : Robby Darwis (Timnas Indonesia 1987-1997) dan Franchino’Franco’ Baresi (Timnas Italia 1982-1994)
Klub idola : AC Milan dan Manchester United
Makanan favorit : Pecel dan Rujak Cingur
Pendidikan : Alumni SMA Pemuda, Kesamben, Kabupaten Blitar (1994)
Karir klub/timnas (pemain) :
2012 Arema FC
2011 Persela Lamongan
2007-2010 Sriwijaya FC
2006 Persib Bandung
2005 Persija Jakarta
2004-2010 Timnas Indonesia
2002-2004 PSM Makassar
1995-2002 Arema Malang
1994 Timnas PSSI Baretti U-16 di Italia
1994 Persebaya Surabaya Jr (U-17)
1993 PSBI Blitar (U-17)
Karir klub (pelatih) :
2020 Arema FC (asisten pelatih)
2019 Borneo FC (asisten pelatih)
2018 Borneo FC U-20 (pelatih kepala)
2017 Bhayangkara FC U-19 (pelatih kepala)
2015-sekarang Charis Football Academy/CSA Bekasi (direktur teknik dan owner)
2015-sekarang SSB Pratama Tambelang Bekasi (direktur teknik dan owner)