MALANG POST – Politeknik Negeri Malang (Polinema) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas UMKM Kota Malang melalui pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang inovatif.
Kali ini, Polinema menggelar pelatihan komunikasi menggunakan bahasa isyarat bagi staf Call Me Travel (CMT). Sebuah usaha perjalanan wisata yang berbasis di Malang, untuk mewujudkan pariwisata inklusif bagi penyandang disabilitas.
Seiring perkembangan industri pariwisata global maupun nasional, tren pariwisata hijau, halal dan inklusif semakin relevan. Namun, banyak pelaku usaha wisata belum siap mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas karena keterbatasan komunikasi.
Pelatihan bahasa isyarat ini dirancang untuk menjembatani gap tersebut. Sehingga CMT dapat melayani wisatawan tuna rungu dan tuna wicara dengan lebih baik.
PkM ini dilatarbelakangi kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di sektor pariwisata dalam berkomunikasi dengan penyandang disabilitas.
Tujuan utamanya adalah membekali staf CMT dengan kemampuan bahasa isyarat serta membangun empati dalam interaksi dengan wisatawan disabilitas. Sehingga layanan menjadi lebih inklusif dan bermutu.

Dosen Polinema Menggelar Pelatihan Komunikasi Menggunakan Bahasa Isyarat Guna Mewujudkan Pariwisata Inklusif untuk Usaha Perjalanan Wisata Call Me Travel. (Foto: Dokumen Pribadi)
Kegiatan pelatihan dipimpin oleh Halid Hasan dan berlangsung pada Jumat 31 Oktober 2025 di Malang Creative Center (MCC). Hadir langsung pemilik dan staf CMT, serta mitra pendukung dari Lingkar Sosial, organisasi yang memberdayakan penyandang disabilitas.
Lingkar Sosial turut menyampaikan materi bahasa isyarat serta mengundang anggota penyandang disabilitas tuna rungu dan tuna wicara untuk berpartisipasi dalam sesi praktik.
Peningkatan kemampuan komunikasi staf CMT dengan bahasa isyarat, membuka peluang layanan bagi pasar inklusif. Peningkatan empati dan pemahaman kebutuhan penyandang disabilitas selama interaksi pelanggan.
Potensi perluasan pasar CMT ke konsumen disabilitas, khususnya tuna rungu dan tuna wicara, serta contoh bagi pelaku usaha pariwisata lain di daerah.
Tintus, pemilik CMT, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan PkM ini dan menegaskan bahwa pelatihan ini memberikan insight baru tentang pariwisata inklusif dengan potensi pasar yang sangat besar jika dikelola dengan serius.
Polinema berharap CMT dapat menjadi contoh bagi UMKM pariwisata lain dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan layanan bagi semua kalangan.
Polinema akan memantau implementasi hasil pelatihan di CMT dan memberikan dukungan lanjutan.
CMT berencana menerapkan bahasa isyarat secara rutin dalam layanan pelanggan dan mengembangkan materi pelatihan internal bagi staf lainnya.
Kolaborasi dengan Lingkar Sosial akan dilanjutkan untuk program-program inklusif serupa di masa mendatang.
Inisiatif ini menunjukkan bagaimana kolaborasi antara perguruan tinggi, pelaku usaha, dan komunitas penyandang disabilitas dapat menghasilkan dampak nyata.
Layanan pariwisata yang lebih inklusif, peluang pasar yang lebih luas, dan kualitas hidup wisatawan yang lebih baik bagi semua kalangan. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)




