
MALANG POST – Langit biru Songgomaruto di Kelurahan Songgkerto, Kota Batu menjadi saksi gelaran spektakuler Batu International Sport Tourism Festival (BISTF) Paragliding Accuracy League 2025, yang menghadirkan kemeriahan sekaligus prestasi membanggakan.
Selama empat hari berlangsung, event tersebut berlangsung sukses, aman, tertib dan semarak. Tak hanya cuaca yang bersahabat, tetapi juga semangat kompetisi dan atmosfer persahabatan antarnegara turut mewarnai kejuaraan.
Sebanyak 86 peserta yang terdiri dari 83 atlet dan 3 official menunjukkan kemampuan terbaiknya melayang di atas Langit Songgomaruto. Mereka berasal dari tiga negara, yakni Indonesia 68 atlet, Malaysia 14 atlet dan satu atlet dari Thailand.
“Alhamdulillah, gelaran BISTF berjalan lancar, tertib, dan semarak. Ini menjadi bukti bahwa Kota Batu siap menjadi tuan rumah untuk event-event besar yang memadukan olahraga, pariwisata, dan semangat kebersamaan,” ujar Wali Kota Batu Nurochman, usai menutup acara, Minggu (20/7/2025).
Menurut Cak Nur, sport tourism tidak semata menjadi ajang kompetisi. Lebih dari itu, ia menyebutnya sebagai ruang bertemunya ragam budaya, tempat tumbuhnya kolaborasi, serta peluang besar untuk memperkenalkan kekayaan lokal dan menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
Lewat ajang BISTF, Pemkot Batu ingin mengukuhkan identitas sebagai kota tujuan sport tourism kelas dunia, yang mengandalkan kekuatan alam, budaya dan keramahan warganya. Tak berhenti sampai di sini, Cak Nur menegaskan komitmennya untuk terus berbenah.


KALUNGKAN MEDALI: Wali Kota Batu, Nurochman didampingi Ketua TP PKK Kota Batu, Siti Faujiyah mengalungkan medali kepada para jawara BISTF 2025. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Infrastruktur olahraga akan kami perkuat, SDM atlet dan pelatih akan kami siapkan. Setiap event akan kami sinergikan dengan potensi lokal yang menjadi kebanggaan bersama,” tegasnya.
Cak Nur juga berharap BISTF bisa masuk kalender tahunan dan menjadi salah satu agenda unggulan yang dinanti-nantikan tidak hanya oleh warga Jawa Timur, tetapi juga oleh komunitas pariwisata dan olahraga di tingkat nasional hingga ASEAN.
“Terima kasih atas kebersamaan dan kerja sama selama festival ini. Semoga setiap tamu dan peserta pulang membawa kesan hangat, semangat sportivitas dan rasa cinta yang tumbuh terhadap Kota Batu,” sebutnya.
Sementara itu, Ketua Pengprov Paralayang Jawa Timur, Arief Eko Wahyudi menyebut, BISTF 2025 sebagai salah satu event paling istimewa sepanjang sejarah penyelenggaraan paralayang di Kota Batu. Dalam empat hari, berhasil diselesaikan 12 round pertandingan, sebuah capaian yang jarang terjadi di even sejenis.
“Ini event kelas 2 dunia. Jadi jawara-jawaranya akan mendapatkan poin dunia yang sangat berharga. Juara 1 diperkirakan mengantongi 76 poin, tergantung jumlah round dan partisipan. Kalau event diikuti atlet peringkat 1–50 dunia, poin maksimal bisa 100,” jelasnya.
Namun yang paling mencuri perhatian adalah dominasi atlet Malaysia yang sukses memborong gelar di tiga dari empat kategori: Junior, Overall, dan Beregu. Sedangkan satu-satunya gelar untuk Indonesia datang dari atlet Jawa Tengah di kategori Female.

BERI HADIAH: Kepala Disparta Kota Batu, Onny Ardianto saat menyerahkan hadiah kepada pemenang festival paralayang. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
“Memang luar biasa, atlet Malaysia tampil sangat solid. Tapi itu wajar. Kadang kalau Malaysia bikin kejuaraan, giliran atlet Indonesia yang menguasai,” kelakar Arief.
Ia juga berharap, Pemkot Batu terus mendukung event seperti ini, bahkan mengusulkan agar ke depan event diperluas kategori dan areanya. “Misalnya bisa ditambah kategori lintas alam di Gunung Panderman, sementara akurasi tetap di Gunung Banyak,” usulnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto mencatat lonjakan ekonomi lokal yang cukup signifikan selama event berlangsung. UMKM yang berada di sekitar venue disebut berhasil meraup omzet hingga Rp4 juta dalam empat hari. Tak hanya itu, sektor perhotelan, travel dan jasa kuliner juga ikut merasakan lonjakan pengunjung.
“Atlet dari luar kota dan luar negeri mengeluarkan uang rata-rata antara Rp700 ribu hingga Rp1 juta per hari, terutama untuk kebutuhan akomodasi, makan, transportasi dan belanja,” ujar Onny.
Atlet Malaysia, misalnya, masih akan berada di Kota Batu hingga 23 Juli 2025, yang artinya perputaran uang masih akan berlanjut beberapa hari ke depan.
Untuk kejuaraan berikutnya, pihaknya akan menambah kategori yang lebih menantang seperti cross country, yang disebut lebih kompetitif dan disukai atlet. “Di kategori ini tidak ada istilah jago kandang. Semua punya peluang yang sama untuk menang,” tambah Onny.
Salah satu atlet Malaysia, Mohd Nafi Sulaiman, mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya atas pencapaian timnya.
“Alhamdulillah, kami berhasil meraih hasil terbaik. Di tiga kategori kami unggul dari atlet tuan rumah. Tapi yang paling berkesan bagi saya adalah suasana di Kota Batu ini sangat menyenangkan, udaranya sejuk, makanannya enak-enak dan spot paralayangnya luar biasa,” tutupnya. (Adv/Ananto Wibowo)