
MALANG POST – Misi dagang anatara Belanda-Indonesia terus diseriusi. Di Kota Batu, Wali Kota Nurochman menyambut langsung kunjungan delegasi dari Westland City, Belanda, yang dipimpin oleh Mr. Ivo Meijer. Dia merupakan Senior Manager International & Economic.
Prtemuan lanjutan yang berlangsung di Balai Kota Among Tami itu merupakan tindak lanjut kerja sama dari kegiatan Economic Mission Belanda-Indonesia yang digelar di Jakarta beberapa saat lalu.
Kunjungan ini menandai langkah awal kolaborasi strategis antara kedua kota, dengan fokus utama pada pengembangan sektor pertanian modern dan inklusif sebagaimana Westland City, yang dikenal sebagai salah satu pusat agrikultur terdepan di Eropa.
Dalam pertemuan itu, Pemkot Batu dan Westland City membahas potensi kerja sama di bidang teknologi pertanian, pengelolaan hasil bumi berkelanjutan, serta peningkatan kapasitas petani lokal.
“Kami sangat terbuka untuk berbagi pengetahuan dan teknologi pertanian modern dengan Gementee (Kota) Westland. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan iklim yang mendukung, kami meyakini Batu memiliki potensi besar menjadi pusat pertanian berbasis inovasi di Indonesia,” kata Cak Nur.
Rencananya, kolaborasi ini akan diwujudkan melalui program pelatihan petani, pengembangan pertanian hidroponik dan smart farming, serta pertukaran delegasi untuk studi banding. Selain itu, kedua kota juga akan menjajaki kemungkinan investasi di sektor agroindustri dan pemasaran produk pertanian secara global.

TERUS DIMATANGKAN: Wali Kota Batu, Nurochman saat menerima kunjungan delegasi dari Westland City Belanda, Mr Ivo Meijer di Balai Kota Among Tani untuk melakukan pembahasan lanjutan misi dagang. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dalam pertemuan di Jakarta lalu, Cak Nur telah memaparkan presentasi bertajuk ‘Kota Batu: The Highland of Opportunity’. Dia menyampaikan potensi besar Kota Batu sebagai salah satu sentra hortikultura unggulan di Indonesia.
“Berada di dataran tinggi antara 900–2.000 mdpl dan didukung oleh lebih dari 250 mata air alami, Kota Batu memiliki iklim ideal untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura berkualitas tinggi,” tuturnya.
Beberapa komoditas unggulan seperti jeruk, apel, pakcoy, wortel dan kentang diproduksi dalam skala besar dengan cakupan distribusi hingga ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Bahkan, sebagian besar pasokan hortikultura untuk Indonesia bagian tengah dan timur dari Kota Batu.
Dalam paparannya, Wali Kota menggarisbawahi pentingnya transformasi melalui teknologi dan kolaborasi. Salah satunya melalui inisiatif CooSAE (Cooperative of Smart Agriculture Ecosystem), wadah pemberdayaan petani muda berbasis jaringan sosial dan inovasi teknologi.
Secara khusus, Cak Nur juga mengajak pihak Belanda menjalin kemitraan di beberapa area prioritas, seperti pengembangan varietas unggul, sistem pertanian terlindungi, teknologi pemulihan lahan, pengendalian hama ramah lingkungan dan transfer pengetahuan melalui pelatihan petani.
Misi ekonomi ini bertujuan untuk memperluas jaringan kerja sama, terutama dalam penguasaan teknologi pertanian seperti farming dan greenhouse, serta transfer pengetahuan bagi petani muda melalui program corporate social responsibility (CSR).
“Dalam forum ini, banyak hal dan manfaat dalam diskusi yang luar biasa pada sektor pertanian terutama untuk Kota Batu. Tentunya kita akan bawa ke Kota Batu, bagaimana kemudian smart farming yang menjadi pertanian masa depan supaya petani muda tertarik untuk terus bertani di Kota Batu,” paparnya.
Dalam pertemuan di Balai Kota Among Tanu, Tenaga Ahli Wali Kota, Prof. Chandra Fajri Ananda, turut menyampaikan pandangannya bahwa Kota Batu sangat berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian melalui kontribusi Petani Muda (Young Farming Generation).
Selain melakukan pertemuan itu, Mr. Ivo Meijer didampingi Jajaran Kepala SKPD di Lingkungan Pemkot Batu turut melalukan kunjungan ke Padda Coffee Tulungrejo dan meninjau langsung potensi pertanian wortel di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji. (Ananto Wibowo)