
MALANG POST – Penjual takjil musiman saat bulan Ramadan menjamur di sudut-sudut Kota Batu. Untuk memastikan keamanan makanan yang dijajakan kepada masyarakat. Pemkot Batu melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) akan melakukan inspeksi pengawasan makanan takjil ke sejumlah pedagang.
Inspeksi makanan takjil itu dirasa sangat perlu dilakukan. Guna menjamin dan memastikan makanan yang dijual tak ada kandungan zat berbahaya. Sekaligus menjadi bagian edukasi kepada pedagang dan pembeli, untuk selalu memperhatikan makanan yang dijual maupun beli.
Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja menyatakan, rencananya inspeksi itu akan dilakukan pada minggu-minggu pertama Ramadan 2025. Dinkes menerjunkan sejumlah petugas yang akan mengambil sampel makanan atau minuman untuk diperiksa, kemudian dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui apakah berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
“Secara rutin dilakukan pengecekan untuk keamanan pangan, jadi kami akan keliling terutama di titik-titik yang diperkirakan berpotensi tidak aman, jadi random pengecekannya, seperti Pasar Takjil yang pedagangnya berjajar banyak,” ungkap Adit, Senin (3/3/2025).
Dalam inspeksi itu, Dinkes ingin mengantisipasi penggunaan bahan pangan berbahaya seperti penggunaan boraks, pewarna tekstil dan lainnya. Apabila ditemukan, maka pedagang akan diberi peringatan dan diimbau untuk tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya.

INSPEKSI: Tim Dinkes Kota Batu saat melakukan inspeksi ke penjual takjil di Kota Batu untuk meminimalisir penggunaan bahan pangan berbahaya. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Dia mengungkapkan, pada Ramadan 2024 lalu, pihaknya menemukan pedagang takjil yang menggunakan bahan pangan berbahaya. “Tahun lalu ada yang ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya. Tentunya ini sangat kami sayangkan, masih ada pedagang yang seperti itu,” imbuhnya.
Adit mengungkapkan, sebenernya pedagang itu tahu jika boraks dilarang, pewarna tekstil tidak boleh digunakan sebagai bahan pangan. “Mereka kalau disuruh konsumsi sendiri kan juga tidak mau tapi kok dijual, disuruh orang makan, saya berharap pedagang jujur,” imbuhnya.
Seperti diketahui, pada Ramadan tahun 2024 lalu, Dinkes Kota Batu menemukan dua sampel makanan yang diduga mengandung boraks. Hal itu ditemukan saat Dinkes bersama tim gabungan melakukan inspeksi kepada penjual makanan dan minuman takjil di Kota Batu.
Dugaan tersebut diketahui dari pengujian cepat yang dilakukan Dinkes saat pelaksanaan inspeksi mendadak (Sidak) di beberapa titik penjualan takjil. Tim dinas kesehatan diterjunkan untuk memeriksa sampel acak bersama dengan Balai POM Surabaya.
Beberapa contoh makanan yang diuji seperti cilok, sosis, tempura, beragam minuman dingin atau es, puding, jelly, hingga seafood. Pangan dengan kandungan berbahaya beberapa di antaranya dikhawatirkan bisa mengakibatkan dampak keracunan.
Meski begitu dalam beberapa tahun terakhir, Dinkes Kota Batu tak menemukan kasus keracunan makanan, antisipasi dengan pengambilan sampel hingga pembinaan dan teguran terus dilakukan. (Ananto Wibowo)