
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, dari Fraksi Gerindra, Alayk Mubarok. (Foto: Istimewa)
MALANG POST – Anggota DPRD Kabupaten Malang memberi atensi atas aspirasi masyarakat pembudidaya lele di Maguan, Ngajum Kabupaten Malang. Yakni, dengan mengalokasikan bantuan pokok-pokok pikiran (pokir), agar produksi lele di wilayah tersebut lebih berkembang.
Atensi anggota dewan ini, menyusul aspirasi yang diterima dari para petani budidaya lele di Maguan Ngajum, belakangan ini.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Alayk Mubarok menyatakan, sudah mendengar kesulitan para petani lele di Maguan tersebut.
“Kita tahu bahwa Desa Maguan menjadi sentra budidaya lele sejak dulu. Maka, berbagai kesulitan pembudidaya ini memang harus jadi perhatian. Jangan sampai produksi lele di Ngajum ini merosot dan habis karena kurang perhatian,” tandas Alayk Mubarok, Minggu (26/1/2025).
Sebagai wakil rakyat, Alayk menyatakan, langsung merespon aspirasi warga Desa Maguan, melalui usulan pokirnya.
Untuk merespon hal tersebut maka wakil ketua DPRD tersebut mengaku telah megusulkannya melalui Pokir
“Alhamdulillah beberapa keluhan dari warga desa Maguan sudah saya usulkan dalam Pokir, untuk membantu pembangunan kolam dan bantuan bibit ikan. Namun, tentunya masih perlu juga perhatian serius dari Pemkab untuk intervensi langsung” tandas politisi Fraksi Gerindra ini.
Alayk mengaku, juga telah terjun langsung melihat kondisi dan kesulitan petani lele di Maguan. Sehingga, ia mendorong pula agar Bupati Malang dan jajaran OPD terkait memberikan atensi yang sama. Terutama, memberi solusi berbagai kesulitan yang dialami pembudidaya lele.
Agar produksi lele di Maguan tidak menyusut, menurutnya petani juga butuh permodalan, terutama untuk indukan yang memang harus bagus. Sehingga, akan menghaskan benih lebih banyak.
“Masalah pakan yang mahal juga harus kita pikirkan solusinya, perlu pelatihan terkait itu,” imbuh Alayk.
Sejumlah kesulitan dan kendala yang dialami pembudidaya ikan lele di Desa Maguan tersebut, sebelumnya sudah banyak disampaikan masyarakat saat kegiatan FGD bersama anggota DPRD Kabupaten Malang di Kecamatan Ngajum, belum lama ini.
Salah satu petani budidaya lele di Desa Ngajum, Heru Cahyono mengungkapkan, mendapatkan keuntungan bersih dari hasil produksi budidaya lele rata-rata sebesar Rp 350 ribu dari per 1 ribu ekor lele setiap kali panen dari kolamnya.
Untuk harga jual lele dari Desa Maguan Ngajum, menurutnya lebih tinggi dibanding hasil produksi daerah lain, seperti Blitar. Meski demikian, kata Heru, petani lele di Maguan masih kalah untung dibandingkan Blitar. Padahal, untuk bibit lelenya mengambil dari pembenihan kolam di Kabupaten Malang.
Dikatakan, hal ini karena biaya produksi di tempatnya jauh lebih mahal, terutama untuk pakan ikan. Menurutnya, selama ini pembudidayaan ikan lele di Maguan lebih banyak mengandalkan pakan pabrikan, yang harganya bisa sampai Rp 400 ribu.
Sementara, dibandingkan dengan di Blitar, bisa menggunakan pakan alternatif. Dimana, banyak budidaya lelenya di lakukan di kolam yang berada di bawah kandang peternakan ayam. Sehingga, biaya untuk kebutuhan pakan bisa lebih ditekan, cukup Rp 200 ribu.
“Ketika petani lele bisa menekan biaya produksi dari pakan, maka keuntungan yang didapatkan bisa lebih besar. Karena itu, kami memang membutuhkan pendampingan dan pelatihan, bagaimana pakan lele agar murah. Selama 2 tahun terakhir belum ada (pendampingan),” ungkap Heru.
Kendala lainnya yang dialami petani lele di Maguan, lanjutnya, adalah pada pembibitan, terutama selama musim hujan. Heru berharap, idealnya pembenihan lele dalam kolam tertutup atau close house. (*/ra indrata)