MALANG POST – Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai bergerak cepat menindaklanjuti laporan masyarakat akan keberadaan tambang batu ilegal, di Dusun Sabrangbendo, Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Pada Selasa (24/12/2024) Pj Aries meninjau langsung lokasi tersebut bersama Kepala DPUPR Kota Batu, Kasatpol PP, Camat Bumiaji, Kepolisian dan perangkat desa setempat. Peninjauan ini penting dilakukan, sebab adanya kerusakan alam akibat aktivitas penambangan batu ilegal tersebut.
“Aktivitas penambangan ilegal tidak boleh dilakukan meskipun dalam ranah lahan milik pribadi atau perseorangan. Sebab hal tersebut akan berdampak langsung bagi lingkungan,” tegas Pj Aries.
Dia juga meminta kepada pihak Kepolisian untuk memberikan peringatan dan sanksi tegas, apabila masih terdapat pembiaran dalam aktivitas penambangan ilegal tersebut.
“Saya telah menginstruksikan untuk dilakukan pemberhentikan kegiatan pertambangan ilegal di Desa Giripurno dengan memasang garis polisi, apabila terus melanggar aparat penegak hukum siap melakukan proses tindak lanjut. Kondisinya memprihatinkan dan sangat membahayakan baik untuk lingkungan maupun masyarakat sekitar,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia juga mewanti-wanti kepada seluruh masyarakat, untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar longsoran, sebab kondisinya sangat membahayakan.
“Runtuhan batu kecil terus terjadi. Ini dapat mengancam keselamatan siapapun yang berada di sekitarnya,” imbuhnya.
Kadindik Jatim ini juga menyampaikan, galian yang semakin dalam dan membentuk goa, semakin meningkatkan resiko terjadinya longsor atau runtuhan besar.
“Oleh karena itu, aktivitas di sekitar lokasi harus segera dihentikan. Ini dilakukan untuk menghindari timbulnya korban jiwa,” katanya.
Seperti diberikan sebelumnya, lahan pertanian di daerah tersebut tiba-tiba ambles. Lahan itu mulai ambles sekitar dua pekan lalu. Sebelum ambles selebar dan sedalam ini, lahan tersebut mengalami retakan.
“Peristiwa terjadi sekitar satu minggu lalu. Pertama kecil, tapi makin lama makin besar,” tutur Warga Desa Giripurno, Didik Purwanto.
Didik menduga, peristiwa itu terjadi karena adanya penambangan batu yang dilakukan tepat di bawah lahan pertanian yang ambles tersebut. Penambangan batu itu telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun.
“Kondisi dibawah sudah berlubang, hingga dampaknya menyebabkan lahan pertanian warga ambles seperti saat ini,” imbuh Didik.
Dia memperkirakan, diameter lahan ambles itu sekitar 7-8 meteran dengan kedalaman lubang sekitar 12 meter. Selain lahan pertanian yang sudah ambles itu, di kawasan itu juga mulai muncul retakan-retakan baru.
“Di sekitar lubang tersebut juga mulai tumbul retakan-retekan baru. Mungkin ada sekitar tiga titik retakan baru,” paparnya.
Di bagian bawah lahan ambrol tersebut, terdapat dua titik seperti lubang goa yang belum diketahui kedalamannya. Dua titik lubang tersebut berukuran cukup besar, sebab berdasarkan laporan warga, truk pengangkut batu bisa masuk ke dalam. Setiap harinya di lokasi penambangan itu ada sekitar lima orang pekerja. Mereka merupakan warga setempat. (Ananto Wibowo)