MALANG POST – Sektor jasa keuangan di wilayah kerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang terjaga sampai dengan September 2024. Tingkat inflasi di Kota Malang juga tetap terjaga. Pada Oktober 2024, Kota Malang mengalami inflasi year on year (yoy) sebesar 0,20 persen.
Inflasi ini di atas Jawa Timur, namun di bawah inflasi nasional yang masing-masing sebesar 0,15 persen dan 0,08 persen. Menurut Kepala Kantor OJK Malang, Biger A Maghribi, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi Kota Malang sebesar 0,10 persen.
Secara umum, lanjut Biger, minat masyarakat terhadap investasi di Pasar Modal makin tinggi seperti pada instrumen saham, reksadana dan obligasi atau surat berharga negara. Hal itu tampak pada terus bertambahnya jumlah investor Pasar Modal yang tercermin dalam Single Investor Identification (SID) pada September 2024 tercatat sudah mencapai 289.148 SID atau tumbuh 13,97 persen yoy.
Peningkatan tertinggi masih ditunjukkan oleh SID C-BEST (transaksi saham dan efek lainnya) yang mencapai 127.275 SID per 30 September 2024 atau tumbuh 20,17 persen yoy.
Jumlah nasabah reksadana juga menunjukkan peningkatan tajam. Yakni tumbuh 147,72 persen yoy menjadi 31.953 nasabah sampai dengan akhir Agustus 2024.
Menurut Biger Daerah Tingkat II di wilayah kerja Kantor OJK Malang yang mencatatkan nilai penjualan reksadana tertinggi adalah Kota Malang dengan total transaksi sebesar Rp 205,17 miliar dan diikuti Kabupaten Malang sebesar Rp 35,09 miliar.
Terdapat peningkatan frekwensi transaksi saham dari posisi yang sama tahun sebelumnya yaitu tumbuh 5,86 persen yoy menjadi 535.555 transaksi. Volume transaksi menurun 8,15 persen yoy namun nilai transaksi tumbuh 4,35 persen yoy menjadi Rp 2,53 triliun.
Dia katakan, OJK Malang turut berkontribusi dalam peringatan World Investor Week 2024 yang jatuh pada tanggal 7-13 Oktober 2024. Selain memberikan edukasi Pasar Modal secara daring melalui media Instagram @ojkmalang, OJK Malang juga meberikan edukasi Pasar Modal kepada Kelompok Studi Pasar Modal Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu, 30 November 2024. Kegiatan dan edukasi Pasar Modal seperti ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap investasi di Pasar Modal dengan memahami Pasar Modal secara komprehensif.
Sementara, fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dalam menopang perekonomian. Baik dari sisi perkreditan (pembiayaan) maupun dari sisi penghimpunan dana.
Sampai dengan September 2024, pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 12,90 persen yoy menjadi Rp 101,14 triliun dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 30,98 persen yoy. Di sisi jenis kepemilikan bank, persentase pertumbuhan kredit dan/atau pembiayaan tertinggi dicatat oleh BPRS yang tumbuh sebesar 34,25 persen yoy dan disusul dengan Bank Umum Syariah yang tumbuh sebesar 14,72 persen yoy.
Sisi penghimpunan dana juga tumbuh positif sebesar 7,47 persen yoy menjadi sebesar Rp 101,19 triliun, mendorong peningkatan LDR menjadi 99,95 persen per triwulan III/2024.
Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL perbankan per September 2024 sebesar 2,47 persen atau menurun 0,002 persen yoy. Jumlah kredit restrukturisasi melanjutkan penurunan dengan rasio Loan at Risk mencapai 7,69 persen atau menurun 1,14 persen yoy.
Penyaluran kredit dan/atau pembiayaan di wilayah kerja OJK Malang masih tertuju kepada tiga sektor ekonomi utama. Yaitu, Perdagangan Besar dan Eceran (Rp 21,54 triliun; porsi: 21,30 persen), Industri Pengolahan (Rp 17,76 triliun; porsi: 17,56 persen), dan Untuk Pemilikan Peralatan Rumah Tangga Lainnya (termasuk pinjaman multiguna) Rp15,72 triliun; porsi: 15,54 persen.
Di sisi lain, sektor ekonomi dengan tingkat kredit dan/atau pembiayaan bermasalah tertinggi adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib (17,77 persen), Perantara Keuangan (11,88 persen), dan Untuk Pemilikan Ruko atau Rukan (7,73 persen). (Eka Nurcahyo)