MALANG POST – Festival Sastra Kota Malang 2024 resmi dibuka pada Kamis (26/9/2024) sore di Critasena, Malang. Acara ini dihadiri oleh tokoh sastra dan pemerintahan serta dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni yang memadukan sastra dan gastronomi.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan penampilan tari tradisional Tempe Sanan yang terinspirasi dari Tari Oglek Tempe ciptaan Dra. E. Wara Suprihatin, D.P., dosen Pendidikan Seni Tari dan Musik (PSTM) Universitas Negeri Malang (UM).
Dalam sambutannya, Nyai Roro menjelaskan, “Tari Tempe Sanan ini mengangkat kuliner khas Malang, tempe, yang merupakan salah satu identitas kuliner daerah kita. Saya membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk menyelesaikan koreografi ini.”
Sesi selanjutnya adalah Setumpeng Orasi oleh Prof. Dr. Djoko Saryono, yang menyampaikan pandangannya tentang hubungan antara sastra dan gastronomi. “Budaya modern sering memisahkan estetika gastronomi dan sastra. Saya melihat adanya jarak antara roti dan puisi, dua hal yang seharusnya bisa saling melengkapi,” ujarnya. Menurutnya, Festival Sastra adalah upaya yang baik untuk menjembatani dua elemen budaya tersebut.
Suwarjana, SE, MM., dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, yang diwakili Rendra Fatrisna Kurniawan, mengungkapkan kebanggaannya terhadap penyelenggaraan festival ini. Ia menekankan pentingnya kegiatan ini.
“Saya berharap Festival Sastra ini menjadi momentum bagi kita untuk lebih mencintai sastra dan budaya lokal. Semoga acara ini berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi semua pihak,” ucapnya diikuti dengan pembacaan pantun yang disambut meriah oleh peserta.
Denny Mizhar, Ketua Komunitas Pelangi Sastra Malang, turut memberikan pesan, “Kita semua harus terus menjaga semangat sastra di tengah era digital ini. Sastra adalah jembatan untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan.”
Festival Sastra Kota Malang 2024, menurut Denny, pertama kali terlaksana pada tahun 2018 dengan nama “Pekan Sastra Kota Malang #1” dan tahun 2020 secara virtual “Pekan Sastra Kota Malang #2”. Namun, dengan berbagai pertimbangan, kemudian diubah menjadi Festival Sastra Kota Malang.
“Festival Sastra kota Malang bermula dari perayaan karya dan wacana kesusastraan di Malang dengan nama Pekan Sastra Kota Malang. Ada perbedaan durasi waktu. Jika Pekan Sastra Kota Malang kami selenggarakan dalam waktu sepekan, Festival Sastra Kota Malang bisa dilaksanakan dengan waktu yang fleksibel pada Festival Sastra Kota Malang 2023 diselenggarakan selama 4 hari begitu pula dengan Festival Sastra Kota Malang 2024,” katanya.
Ia berharap event ini dapat digelar secara rutin tahunan atau dua tahunan. Tidak jauh berbeda dengan Pekan Sastra Kota Malang. “Festival Sastra Kota Malang akan bersisi kegiatan diskusi buku sastra, wacana kesusastraan, panggung sastra, dan peluncuran buku,” tambah Denny.
Pada periode pertama, Festival Sastra Kota Malang telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai puncaknya tanggal 19-22 Oktober 2023 di Kota Malang. Dijelaskan Denny, kegiatan Festival Sastra Kota Malang terselenggara atas Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra.
Dewi R. Maulidah, Manajer Festival Sastra, menjelaskan tema festival tahun ini, Jelajah Cita Rasa. “Kami memilih tema ini karena kami ingin menonjolkan hubungan erat antara sastra dan kuliner, dua hal yang dapat menggugah rasa dan pemikiran.”
Tema Jelajah Cita Rasa sendiri merupakan rangkaian kata kunci untuk dapat mempertemukan para penulis, pembaca, pengamat, penikmat sastra, hingga pelaku sastra untuk saling berbagi pengetahuan kesusastraan.
“Jelajah Cita Rasa juga berhubungan dengan perjalanan dan jamuan, budaya kuliner atau pangan. Kami mengaitkan dengan wisata kuliner yang bersejarah atau bermakna, baik secara lokal maupun domestik rumah sebagai cakupan gastronomi sastra,” tutur Dewi.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dipimpin oleh Denny Mizhar, yang kemudian memberikan potongan tumpeng pertama kepada Radityo Gulit Ardho, perwakilan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Tumpeng kedua dipotong oleh Dewi R. Maulidah. Dewi memantik semangat peserta dengan seruan, “Semangat bersastra bersama!” Lalu, pemotongan tumpeng dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Selanjutnya, para undangan disuguhi pembacaan karya sastra. Kayla, siswi dari SMAN 10 Malang, dengan penuh penghayatan pembacaan puisi karya Hanna Franciska berjudul Kacang Hijau. Dilanjutkan dengan penampilan Raza dari MA Ibadurrahman, yang membacakan puisi karyanya sendiri berjudul Bubur Manis Harapan.
Sesi Kenduri Puisi menghadirkan Farhan dari LPM Siar UM, yang membacakan puisi karya Wahyu Prasetya berjudul “Bingkai Ruang Makan”. Penampilan ini menjadi penutup acara, sebelum akhirnya MC menutup dengan pantun sebagai penutup rangkaian pembukaan. Festival Sastra Kota Malang 2024 menjadi simbol pertemuan antara berbagai unsur budaya, sastra dan kuliner—yang saling melengkapi. (*/Ra Indrata)