MALANG POST – Bertekad turut andil atasi krisis air bersih di pulau Jawa, Tim Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ciptakan konsep teknologi jaringan air bersih berbasis teknologi sayap kumbang namibia.
Iklim tropis Indonesia menjadi salah satu fokus sumber inovasi teknologi yang tengah dikembangkan. Sonya Dzakiyah Zayyanti selaku ketua tim mengungkapkan. Teknologi terbaru ini memanfaatkan potensi kabut dan kelembaban daerah sekitar. Kemudian dikelola sedemikian rupa hingga menghasilkan air bersih siap minum.
Sonya, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa konsep teknologi tersebut terinspirasi dari salah satu video kemampuan bertahan hidup kumbang di Gurun Namibia, Afrika yang terkenal sangat gersang.
Menariknya, Kumbang Namibia memanfaatkan sayapnya untuk menampung kabut sekitar hingga memenuhi kebutuhan air demi menunjang kehidupannya.
Sonya mengaku, dari video itu Ia dan timnya mencoba mengembangkan inovasi teknologi berupa jaringan atau instalasi air yang menggunakan kabut sebagai sumber utama untuk menghasikan air bersih.
Lebih lanjut, Sonya menaruh kepercayaan besar atas penerapan dan pengembangan inovasi teknologi tersebut sekitar 10-20 tahun mendatang. Menurutnya, Potensi alam tanah air dan inovasi ini merupakan kombinasi yang sangat tepat untuk diterapkan. Ia berharap kombinasi ini nantinya dapat memberikam kontribusi nyata kepada masyarakat.
“Dengan beberapa rangkaian proses riset dan penyempurnaan uji kelayakan secara berkala. Saya yakin, inovasi teknologi ini menjadi salah satu solusi potensial yang dapat membantu mengatasi permasalahan krisis air bersih yang belakangan terjadi di pulau Jawa, serta daerah lain yang mengalami permasalahan krisis air,” tuturnya.
Inovasi itu lahir berkat tekad yang kuat, kerja keras tim, serta dukungan para dosen. Bahkan ide itu berhasil mengantarkan Sonya dan timnya melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). Meski demikian, Sonya juga menceritakan kendala dan tantangan yang harus mereka lewati.
Ini adalah kali pertama Sonya dan timnya mengikuti forum kompetensi PKM-GFT. Ia mengaku waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dokumen cukup singkat, sehingga membuat mereka sempat tidak percaya diri.
“Namun, tantangan dan kendala tersebut Alhamdulillah bisa kami lewati berkat dukungan baik dosen pembimbing dan rekan tim yang selalu support kesuksesan inovasi ini.”
“Apalagi UMM selalu mendukung apapun potensi dan ide yang dimiliki oleh mahasiswanya sehingga kami lebih percaya diri. Saya juga ingin agar anak-anak muda lain bsia turut memberikan ide untuk bumi yang lebih baik,” tambahnya. (M Abd Rachman Rozzi-Januar Triwahyudi)