Malang Post – Kementerian Kesehatan RI, didampingi Dinas Kesehatan Kota Malang, melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Kepada 118 sopir angkutan kota (angkot) yang ada di Terminal Arjosari, Kota Malang.
Ketika meninjau pelaksanaan pemeriksaan, Selasa (2/4/2024), Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menyebut, semua sopir jalur trayek, baik angkot dalam maupun luar kota, setelah dilakukan pemeriksaan, mayoritas aman dari penyakit yang dikhawatirkan.
“Tadi hanya ada satu atau dua sopir memiliki riwayat sakit diabetes atau hipertensi. Gula darah dan tekanan darahnya saat dicek, masih ada yang tinggi,” ungkap Pj Wahyu Hidayat.
Penjabat yang juga Sekdakab Malang non aktif ini berpesan kepada segenap sopir angkot, untuk bisa menjaga kesehatannya. Apalagi kondisi puasa dan tidak puasa, hasil pemeriksaan terkadang ada perbedaan.
“Para sopir angkot tadi mendapatkan obat dan vitamin dari tim Kemenkes RI. Guna mencegah dari gejala sakit yang mengkhawatirkan,” tukasnya.
Menurutnya, pemeriksaan kesehatan para sopir angkot ini, untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Mengingat, beberapa hari lagi sudah memasuki Idul Fitri.
“Kita harapkan tidak sampai terjadi laka lantas dimana pun berada. Kami pun bersama forum lalu lintas, terus mengimbau sekaligus mensosialisasikan kepada para sopir angkot. Untuk mengecek dan menjaga kendaraannya, sebelum melakukan aktifitasnya,” ujar Wahyu Hidayat.
Sedangkan menyoal terjadinya lonjakan kendaraan yang masuk Kota Malang, Wahyu menyebut akan ada lonjakan. Hanya saja, bukan bagian dari mudik, tapi lebih aktifitas berwisata di Malang Raya.
“Kami merasakan bakal memberikan dampak positif bagi nilai ekonomi. Karena akan ada perputaran transaksi keuangan. Baik itu tempat wisata, hotel, oleh-oleh serta segi lainnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Malang, Husnul Muarif menjelaskan, pemeriksaan di Terminal Arjosari tersebut, sebagai tindak lanjut surat dari Kemenkes RI kepada Dinkes Kota Malang. Kemudian dilanjutkan oleh UPT Terminal Arjosari, setelah dilakukan rapat koordinasi dengan beberapa OPD terkait.
“Yang kita sasar utamanya adalah sopir bus AKDP maupun AKAP. Selain itu, turut kita periksa sopir angkot baik dalam atau luar kota,” jelas dia.
Disebutkan, jumlah sopir yang berhasil dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala sebanyak 118 sopir. Sopir bus sebelumnya telah diperiksa awal dan di-screening di Surabaya.
“Jumlah total 118 itu, ada 32 sopir punya riwayat hipertensi. Lalu ada 16 sopir riwayatnya diabetes. Kita lakukan pemeriksaan dan pemberian obat. Selain juga kita edukasi untuk membantu meringankan sakitnya itu,” terang dr Husnul.
Terpenting lagi, sambung Husnul, kepada seluruh sopir untuk mengantisipasi dan berupaya memastikan kondisi kesehatannya terlebih dahulu. Sebab, berisiko membawa nyawa banyak penumpang.
“Kami juga merekomendasikan kepada PO Bus, agar memiliki sopir cadangan. Sebagai antisipasi jika sopir utamanya tidak memungkinkan mengendarai bus, utamanya dengan trayek jarak jauh,” tukasnya.
Sementara itu, dari hasil pemeriksaan 118 sopir tersebut, setelah dilakukan pemeriksaan test urine (narkoba) dengan tujuh parameter, secara random pada 50 orang, semuanya negatif.
“Sebelum dilakukan test urine, kami lakukan pemeriksaan untuk memastikan ada dugaan mengandung anamnesa apa tidak. Mengingat dari para sopir perilakunya sejauh ini konsumsi obat apa. Kita tidak tahu, sehingga direkomendasikan dengan test urine,” pungkasnya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)