Malang Post – Nasib 1.097 pedagang pasar pagi, yang saat ini masih tertahan di tempat relokasi di Stadion Brantas Kota Batu cukup menghawatirkan. Di musim penghujan seperti saat ini, kondisi tempat penampungan mereka bisa dibilang tak layak huni.
Jalan-jalan menuju area pedagang berjualan becek tergenang air. Tenda semi permanen yang mereka buat secara mandiri, juga sudah tidak layak huni seiring termakannya usia. Parahnya lagi, di tempat relokasi itu juga sudah tak ada lagi toilet. Sebab toilet yang ada sebelumnya airnya telah dimatikan.
“Kondisinya sangat menghawatirkan. Untuk buang air kecil saja susah. Karena air toilet dimatikan oleh pihak berwenang. Air toilet itu mati sejak pedagang di Pasar Induk Among Tani yang memiliki SK dipindahkan. Sebelum-sebelumnya juga normal,” ujar salah satu pedagang pasar pagi yang tak mau disebutkan namanya, Senin, (19/2/2024).
Untuk memenuhi kebutuhan air, biasanya para pedagang membeli air dari pedagang air keliling, dengan harga per jerigen Rp4 ribu. Karena itu, ribuan pedagang yang saat ini masih tertahan di tempat relokasi. Berharap bisa segera dipindahkan ke kawasan Pasar Induk Among Tani.
Dalam proses pemindahan itu, sebenarnya perwakilan pedagang pasar pagi beberapa kali telah diajak rapat dengar pendapat. Bersama DPRD dan Diskoperindag Kota Batu. Namun hasilnya belum juga bikin lega. Alias deadlock tak ada titik temu.
“Hasil kesepakatan hearing terakhir kamarin. Antara DPRD Kota Batu dan Diskoperindag akan berkoordinasi. Kemudian hasil kordinasi itu akan diberitahukan kepada kami. Tapi sampai saat ini belum ada kabar,” jelas Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Pagi Kota Batu, Rubianto.
Sementara itu, di hearing pertama, DPRD Kota Batu dan Diskoperindag sepakat untuk membentuk tim percepatan perpindahan pedagang pasar pagi. Namun kenyataannya, tim tersebut tak bekerja secara maksimal.
Karena tak maksimal, pedagang kemudian menggelar hearing ke dua bersama DPRD dan Diskoperindag Kota Batu. Namun dari hearing kedua itu, tak menghasilkan apapun tentang rencana pemindahan pedagang pasar pagi.
“Di hearing ke dua, Diskoperindag menawarkan pedagang menempati dua tempat titik lokasi di Pasar Induk Among Tani. Yakni di parkiran belakangan dan area jalan pasar sayur,” ungkapnya.
Rubianto menambahkan, dua tempat yang ditawarkan tersebut belum bisa diterima oleh pedagang. Sebab pihaknya berharap, para pedagang pasar pagi bisa ditempatkan di satu lokasi. Sehingga pengawasan akan lebih mudah.
Dia menegaskan, pedagang pasar pagi adalah pedagang yang pertama kali mendukung pembangunan Pasar Induk Among Tani. Mereka dengan senang hati menempati tempat relokasi pertama kali. Sebelum para pedagang yang punya SK menempati tempat relokasi.
“Sebelum direlokasi kami dijanjikan akan diberikan tempat di Pasar Induk Among Tani. Tapi kami sadar diri, kalau menuntut sesuai janji dulu, sudah tidak mungkin terjadi. Karena saat ini pasar sudah jadi, tapi pemerintah malah kebingungan mau menempatkan kami dimana,” ujarnya.
Selain meminta ditempatkan dalam satu kawasan. Pihaknya berharap lokasi untuk berdagang juga layak. Seperti adanya atap dan lapak untuk berjualan.
“Paling tidak, tempat berjualan kami tidak kepanasan maupun kehujanan. Walaupun tetap di luar Pasar Induk Among Tani. Kalau kami minta menetap jelas tidak mungkin, karena situasi pasar sudah jadi,” tutupnya. (Ananto Wibowo)