![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/01/WhatsApp-Image-2024-01-23-at-18.05.00-1024x615.jpeg)
PENANDATANGANAN: Penandatanganan kontrak eksklusif kerjasama Creative Kokedema Kota Batu dengan BOND SYOJI, Co, Itd Jepang, di Kampung Sakura, Desa Sidomulyo, Kota Batu. (Foto: Ananto Wibowo/Malang Post)
Kokedama adalah suatu karya seni menanamkan tanaman dari Jepang. Karya seni kokedama diketahui sudah berjalan berabad-abad lalu dan awalnya untuk bonsai tanaman.
Kokedama sendiri berasal dari kata ‘koke’ yang artinya lumut dan ‘dama’ artinya bola. Dilihat dari bentuknya yaitu menanam tanaman dengan bagian akar tanaman ditutup menggunakan media tanam yang dibentuk seperti bola.
Di Jepang banyak sekali lumut liar dan mereka tumbuh subur disana. Sehingga penduduk Jepang memanfaatkan lumut tersebut sebagai komposisi dari media tanam kokedama. Namun di Indonesia saat ini mulai di modifikasi, tidak menggunakan lumut melainkan menggunakan sabut kelapa untuk membentuk bola pada media tanam.
Terbaru kokedema besutan warga Kota Batu berhasil tembus pasar ekspor Jepang. Dengan menjalin kerjasama kontrak eksklusif bersama perusahaan asal Negeri Matahari Terbit, Bong Syoji. Co, Ltd.
Perwakilan Bong Syoji. Co, Ltd Hiroyuki Ookubo menyatakan, produk kokedema yang diproduksi pelaku usaha Kota Batu memiliki peluang yang menjanjikan. Selain kokedema, pihaknya juga mencari berbagai produk unggulan lain asli Kota Batu, seperti pot tanaman berbahan baku tanah liat untuk dipasarkan ke Jepang.
“Untuk pasar kokedama di Jepang sangat banyak. Selain itu, kami juga mencari produk lain seperti pot dari terakota. Kami berkeliling Indonesia untuk mencari produk-produk tersebut,” katanya di Kampung Sakura, Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Selasa, (23/1/2024).
Hiroyuki juga mengungkapkan, dirinya sangat kaget dengan suasana Kampung Sakura. Dia mengaku suasananya sangat mirip dengan Jepang. Sebab itu, dia berterimakasih kepada semua pihak yang telah menyiapkan hal tersebut.
![](https://malang-post.com/wp-content/uploads/2024/01/WhatsApp-Image-2024-01-23-at-18.05.01-1024x615.jpeg)
Pemilik Creative Kokedama, Dwi Lili Indayani menyampaikan, dengan ditandatanganinya kerja sama eksklusif dengan Bong Syoji. Co, Ltd tersebut, pihaknya akan memasok lebih dari 20 ribu produk kokedama ke pasar Jepang.
“Ekspor pertama kali dilakukan pada tahun 2023. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2024, karena memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan,” tuturnya.
Pada 2024, diperkirakan nilai kontrak dengan perusahaan asal Jepang itu mencapai Rp800 juta. Dengan kontrak eksklusif sekitar 20 ribu produk kokedema.
Lili menambahkan, dalam produksi produk kokedama yang menggunakan bahan baku sabut kelapa tersebut. Pihaknya juga menggandeng pelaku usaha skala kecil lain yang ada di Kota Batu, termasuk yang berada di wilayah Desa Sidomulyo.
“Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Malang untuk produksi, ada kurang lebih 60 orang. Selain itu, juga dari Desa Sidomulyo 50 orang,” bebernya.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menambahkan, antara pariwisata, UMKM dan pertanian di Kota Batu tak bisa dipisahkan. Dimana kokedama merupakan produk yang ada pertanian dan UMKM-nya.
“Tentunya kami berharap kokedama ini bisa terus diinisiasi dan dikembangkan oleh anak muda Kota Batu,” tuturnya.
Pj Aries juga menyampaikan, pihaknya hadir di penandatanganan kontrak eksklusif tersebut, untuk turut meyakinkan perusahaan Jepang, bahwa Pemkot Batu sangat serius memberikan dukungan ekspor tersebut.
“Biasanya mereka melihat, pemerintah setempat memberikan dukungan atau tidak. Jika memberikan dukungan berarti pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Kami hadir untuk memberikan agreement,” paparnya.
Lebih lanjut, dia juga menyampaikan, bahwa peluang ekspor Kota Batu sangat banyak. Salah satunya hasil dari pertanian hortikultura. Seperti sayur, kentang dan lainnya yang telah berhasil tembus pasar ekspor.
“Kentang dan sayuran Kota Batu sudah tembus pasar ekspor. Seperti Amerika, Australia dan negara-negara lainnya. Sebab itu, kami ingin ekspor lebih besar lagi. Dari hasil produksi-produksi yang dimiliki Kota Batu,” tutupnya. (Ananto Wibowo)