Malang Post – Penjabat (Pj) Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, tidak menghendaki adanya sekat atau pembatas jarak, antara masyarakat dengan pejabat Pemkot Malang. Yang bisa menjadikan komunikasi dan informasi kurang teralirkan secara baik. Hingga bisa memunculkan miskomunikasi.
Itulah sebabnya, program NGOMBE atau Ngobrol Mbois Ilakes, terus digalakkan. Bahkan semakin dikuatkan. Selama sebulan ini, ngobrol itu berlangsung di Gazebo Pemkot Malang. Nantinya baru digilir di setiap kecamatan.
“Saat NGOMBE itu, kita akan mendengar aspirasi masyarakat. Kita diskusikan sekaligus cari solusinya, terhadap masalah-masalah yang ada. Kita dengarkan dan membantu meringankan beban masyarakat,” ujar Wahyu Hidayat, Selasa (2/1/2023).
Karena itulah, selepas apel pagi setiap Senin, Wahyu meminta kepada pejabat Pemkot Malang, untuk mendengarkan sekaligus mencarikan solusi terhadap masalah yang dikeluhkan masyarakat. Baik terkait persoalan pembangunan fisik maupun bentuk pelayanan.
NGOMBE itu diawali di Gazebo Pemkot Malang, Selasa (2/1/2023). Lantaran Senin (1/1/2023) bertepatan dengan libur Tahun Baru. Tapi selanjutnya digelar setiap Senin. Sekaligus melihat efektifitas dan efisiensi. Mengingat domisili warga ada yang di wilayah perbatasan.
“Ke depannya, kita berencana menggelar di setiap kecamatan. Akan tetapi, kita tidak mengundang masyarakat secara langsung. Biar itu menjadi tugas Camat dan Lurah untuk woro-woro ke warga melalui RW dan RT,” tandasnya.
Ide untuk menggelar NGOMBE itu, Wahyu bertutur, berawal dari tiga bulan paska dilantik. Ketika turun langsung, Wahyu mendengar jika masyarakat ingin bertemu secara langsung. Untuk melaporkan atau berkeluhkesah terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi.
“Berkaitan hal itu, kami buat NGOMBE ini untuk mendengar aspirasi masyarakat. Kami akan libatkan semua perangkat daerah. Karena sejauh ini, banyak komunitas dan masyarakat lainnya, ingin menyampaikan uneg-unegnya secara langsung,” katanya.
Sebelumnya, selepas apel pagi di Balai Kota, Wahyu selalu mendengar permasalahan yang tengah dialami di wilayah kerja para OPD. Untuk kemudian mencari solusi.
“Saat ini justru kita balik. Setelah mengumpulkan semua OPD, kita bertemu langsung dengan masyarakat. Agar bisa mendengarkan secara langsung aspirasi mereka dan OPD bisa mencari solusi,” ujar pria kelahiran Bareng ini.
Bahkan dari masukan-masukan tersebut, imbuh Wahyu, akan dijadikan skala prioritas, dalam perencanaan pembangunan selanjutnya. Sekaligus juga menjadi program kerja setiap OPD pengampunya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)