Malang Post – Ribuan pengunjung datang bergantian, di hari pertama pembukaan Pasar Induk Among Tani Kota Batu. Banyak dari mereka yang penasaran. Seperti apa kondisi pasar yang dibangun dengan anggaran Rp166 miliar dari APBN itu.
Meski sudah dipadati ribuan pengunjung, di hari pertama buka ini, masih banyak kios yang belum beroperasi. Belum diketahui secara pasti, kenapa si pemilik kios belum mulai berdagang.
Salah satu pengunjung, Ahmad Saiful menyampaikan, dia bersama anak istrinya telah berkeliling di pasar tiga lantai itu. Untuk melihat kondisi pasar seperti apa.
“Tadi sudah keliling pasar, untuk melihat-lihat baju anak. Tapi sayangnya masih banyak kios yang tutup,” ujar Saiful, Senin (2/10/2023).
Setelah berkeliling, dia menceritakan jika kondisi pasar tersebut sangat bersih, bagus dan nyaman. Berbeda dengan pasar induk Kota Batu sebelumnya. Di pasar baru tersebut, juga telah tersedia fasilitas foodcourt dan lain sebagainya.
“Selain tempat berbelanja. Dengan fasilitas yang ada, pasar ini juga bisa dijadikan sebagai tempat wisata. Saat akhir pekan, keluarga bisa diajak ke pasar ini,” tuturnya.
Bila dibandingkan dengan kondisi pasar sebelum dibangun. Dia menyampaikan, jika kondisi pasar sebelumnya masih semerawut. Sehingga pembelian kebingungan saat mencari barang yang ingin dicari. Berbeda dengan pasar baru, sudah tertata dan dikelompokkan berdasarkan masing-masing zona.
“Yang kurang di pasar baru ini hanya kondisi toilet. Banyak orang yang belum mengerti cara buang air kecil yang benar. Sehingga banyak yang buang air kecil langsung dilantai. Selain hal itu, semuanya sudah cukup bagus,” katanya.
Salah satu pedagang daging, Khoirul mengatakan, jika dilihat secara fisik, kondisi pasar baru m sudah cukup bagus. Namun ada beberapa fasilitas yang kurang. Salah satunya adalah keberadaan instalasi listrik untuk freezer.
“Untuk penjual daging seperti kami. Keberadaan freezer adalah kebutuhan utama. Sedangkan untuk luasan bedak sudah cukup. Dengan luasan 2×3 meter,” ujarnya.
Lebih lanjut, setelah beroperasinya pasar baru ini, dia berharap, masyarakat bisa semakin antusias untuk datang ke pasar. Sebab selain berbelanja, masyarakat juga bisa sekaligus berwisata.
“Di hari pertama ini, untuk penjualan sudah Alhamdulillah. Meski belum banyak masyarakat yang tahu. Tadi pembeli kebanyakan masih dari kalangan pelanggan,” katanya.
Sementara itu, penjual jajanan kering, Totok Andrianto mengungkapkan, untuk luasan kios baginya masih kurang. Terlebih barang dagangan juga tidak boleh diletakkan diluar kios.
“Untuk luasan kios masih kurang, karena dapatnya mengecil. Punya saya sebelumnya 3×3 ada dua kios dan 2×1,5 meter satu kios. Sekarang hanya dapat 2×2 meter dua kios dan 1,5 meter satu kios. Semuanya saya pakai berdagang, tetapi masih kurang,” paparnya.
Lebih lanjut, Totok juga menyampaikan, di hari pertama berniaga di pasar baru. Untuk jumlah pembeli mengalami penurunan. Masyarakat yang datang masih dalam masa penjajakan. Dimana mereka hanya melihat-lihat saja.
“Tetapi untuk para pelanggan. Mereka sudah mulai tahu letak kios saya,” ujarnya.
Disisi lain, untuk masalah sewa perbulannya berapa. Pihaknya belum mengetahui secara pasti. Dia mengungkapkan, informasi soal biaya sewa masih simpang siur.
“Soal biaya sewa kami belum tahu pasti. Ada yang bilang, perkiosnya satu bulan Rp100 ribu dan lain sebagainya. Kalau sewa per kios Rp100 ribu per bulan, maka sangat berat bagi pedagang. Jika punya lima kios maka sewanya bisa sampai Rp500 ribu,” tuturnya.
Jika dibandingkan dengan sewa kios atau abonemen sebelumnya, maka selisihnya sangat jauh. Dimana sebelumnya, dengan jumlah kios yang dimilikinya, dalam satu bulan Totok hanya dikenakan iuran Rp65 ribu.
“Itu belum termasuk retribusi sampah dan lain sebagainya. Walaupun kondisi pembeli ramai. Jika iuran benar Rp100 ribu per kios, tetap akan memberatkan pedagang,” ujarnya.
Semisal nantinya biaya sewa terlalu mahal. Pihaknya akan melakukan negosiasi dengan UPT Pasar Induk Kota Batu. Untuk mencari solusi terbaik. Sehingga para pedagang tidak merasa keberatan.
Sementara itu, Kepala UPT Pasar Besar Kota Batu, Agus Suyadi menyampaikan, di hari pertama Pasar Induk Among Tani Kota Batu buka. Sudah ada sekitar 80 persen pedagang yang mulai membuka kiosnya.
“Saat ini, kami masih belum menarik retribusi dan parkir. Semuanya masih gratis. Hal ini akan berlaku sampai ada regulasinya. Biasanya regulasi akan keluar sekitar satu sampai dua bulan ke depan,” tandasnya. (Ananto Wibowo)