Malang Post – Pemkot Batu terus bergerilya melakukan jemput bola. Guna menekan kasus stunting di Kota Batu. Mereka rutin mendatangi rumah bayi stunting, yang tersebar di penjuru Kota Batu. Kegiatan itu dipimpin langsung oleh Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai.
Saat bergerilya, Pj Aries turut memberikan bantuan ke sejumlah warga kurang mampu. Bantuan pertama diberikan kepada Ibu Tarniti dan Ibu Sukiatun, warga asal Kelurahan Dadaprejo.
Kemudian bantuan juga diberikan ke Ibu Jumainah warga Dusun Jeding. Selain itu, bantuan juga disalurkan kepada Ananda Melvin, Febrian dan Maulana. Ketiganya merupakan warga Dusun Rejoso, Kecamatan Junrejo.
“Kami berharap bantuan ini bisa bermanfaat. Jangan dilihat dari sisi berapa banyaknya. Namun dari sisi perhatian pemerintah terhadap warganya. Kami ingin masyarakat merasakan kehadiran pemerintah. Dengan sedikit memberikan bantuan, untuk meringankan beban masyarakat,” tuturnya.
Aries meyakini, dengan bergerilya dan terjun langsung ke masyarakat. Akan lebih cepat dan tepat dalam mengambil langkah yang dibutuhkan. Sesuai dengan kondisi masing-masing penerima bantuan.
Karena itu, dirinya memberikan apresiasi terhadap langkah yang dilakukan Pemerintah Desa Junrejo. Dimana Pemdes tersebut mau memberdayakan ojek pangkalan untuk menjemput lansia atau balita ke posyandu.
“Ini inovasi yang bagus dan saya apresiasi pak kades. Semoga program ini nanti bisa dicontoh di desa lain. Sehingga lebih tepat dan cepat mengatasi masalah. Sekarang bukan waktunya menunggu, kita yang jemput mereka,” jelas Aries.
Dia juga sangat yakin, lewat program jemput bola yang dilakukan tersebut. Dapat mempercepat penanganan permasalahan stunting du Kota Batu. Karena itu, pihaknya berharap, program Pemdes Junrejo bisa dicontoh desa lain. Sehingga lebih tepat dan cepat mengatasi stunting dan permasalahan kesehatan lainnya.
Perlu diketahui, prevalensi stunting di Kota Batu berada di angka 13,2 persen. Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil bulan timbang pada Februari 2023 lalu. Pada tahun ini, Pemkot Batu menargetkan angka stunting turun menjadi 10,8 persen.
Berbagai program dicanangkan untuk menekan angka prevalensi stunting di Kota Batu. Salah satunya lewat program Bapak Bunda Asuh (BBAS). Dengan melakukan pendampingan dan upaya kolaboratif dari semua pihak. Lewat program itu, bertujuan untuk memastikan intervensi dalam penanganan stunting telah dilakukan sesuai rencana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari menyatakan, dalam penanganan stunting bukan hanya terkait asupan gizi yang harus terpenuhi. Namun juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat.
“Untuk intervensi perbaikan gizi dalam sektor kesehatan hanya memperbaiki 30 persen. Sedangkan intervensi yang pengaruhnya sangat besar adalah dari segi kondisi lingkungan. Dimana pengaruhnya mencapai 70 persen,” ujar Kartika.
Dia menjelaskan, intervensi gizi untuk mencegah stunting yang telah pihaknya lakukan dengan memberikan makanan tambahan gizi untuk ibu dan balita. Kemudian juga melakukan pemantauan di posyandu dan meningkatkan layanan kesehatan untuk ibu dan anak.
Sedangkan untuk intervensi lingkungan, menurut Kartika, diperlukan kerjasama dengan seluruh perangkat desa/kelurahan di Kota Batu. Ini bertujuan untuk memastikan setiap keluarga mendapatkan air yang layak dan sanitasi yang baik.
Dia membeberkan, di Kota Batu, salah satu faktor penyebab stunting berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan disebabkan karena limbah ternak. Itu dikarenakan banyaknya peternak yang membuang limbah ke aliran air.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut kami akan mengedukasi para peternak agar limbahnya tidak dibuang ke aliran air. Dengan memanfaatkan limbah itu menjadi kompos atau biogas,” katanya.
Kata Kartika, stunting bisa diintervensi jika diketahui sejak awal. Namun ketika kondisinya sudah terlanjur lama, kecil kemungkinan untuk bisa sembuh. Meskipun bisa diupayakan dengan melakukan olahraga secara teratur.
“Meski sudah dilakukan upaya tersebut, kemungkinan sembuh masih sangat kecil. Sehingga harus dilakukan deteksi sejak dini. Maka dari itu keberadaan Posyandu dan kedisiplinan orang tua untuk mengontrol anaknya secara rutin sangat perlu,” tandasnya. (Ananto Wibowo)