
Wakil Direktur 1 Pascasarjana Unisma, sekaligus Ketua Dewan Pendidikan Kota Malang, Dr. H. Nur Fajar, M.Pd., ketika menjadi narasumber talkshow di program Idjen Talk menyebut, dengan melihat beberapa celah kecurangan dalam pelaksanaan PPDB, khususnya yang ada di Kota Malang, satu demi satu mulai ditutup.
“Seperti dulu celah PPDB satu KK, ditutup dengan solusi minimal setahun menjadi anggota dalam KK itu. Yang kemudian dikoneksikan dengan Dispendukcapil Kota Malang,” katanya di acara yang disiarkan Radio City Guide 911 FM dan Youtube Channel Arema TV.
Kata Fajar, dulu adanya celah kepindahan orang tua, juga ditutup dengan minimal kepindahan orang tua dua tahun. Jadi pelan-pelan kecurangan itu diatasi.
Selain maksimalkan sekolah sekolah negeri, tambahnya, maka sekolah-sekolah yang punya kualitas pendidikan baik dan terakreditasi mutunya, itu bisa dimaksimalkan.
Namun disisi yang lain, Divisi Advokasi MCW, Muhammad Amin, justru melihat adanya ketimpangan data siswa, yang diterima sekolah dan yang ikut MPLS sangat jelas.
“Karena pada dasarnya kami tidak menolak sistem yang diberlakukan sekarang. Hanya saja soal transparansi data siswa yang diterima, masih kurang transparan,” ujarnya.
Amin juga menjelaskan, meskipun data sudah ada di website dan semua orang bisa melihat. Tapi murid yang ada di MPLS itu jumlahnya lebih.
“Masyarakat sekarang mayoritas masih ingin anaknya masuk ke sekolah negeri. Selain karena ada beberapa pertimbangan, faktor dari biaya juga dinilai lebih murah.
Sementara itu Sekretaris Komisi D DPRD Kota Malang, Ahmad Fuad Rahman, menambahkan,
yang menjadi adanya beberapa kecurangan dalam PPDB, salah satunya karena SMP Negeri mengalami ketimpangan.
Menurut Fuad, jumlah SMP Negeri di Kota Malang sejauh ini ada 30 SMP.
Ke depan, hal ini akan menjadi fokus dari dewan. Seperti dengan mengoptimalkan adanya SMP swasta juga.
“Sehingga orang tua juga tidak semuanya fokus ke SMP Negeri,” katanya.
Fuad menambahkan, yang perlu menjadi pemahaman pada orang tua, supaya tidak rebutan memasukan anaknya ke SMP Negeri. Tapi juga bisa masuk ke sekolah swasta. (Wulan Indriyani – Ra Indrata)