Malang Post – Pemkot Batu melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Batu, kembali memperpanjang sewa lahan untuk hunian sementara (Huntara) di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Ini merupakan kali ke dua Dinsos Kota Batu melakukan perpanjangan, setelah diresmikan pada Mei 2021 lalu.
Dari 16 unit bangunan semi permanen, yang berada di lahan seluas 1.500 meter persegi dan diperuntukkan bagi 16 KK, dengan total keseluruhan 53 orang. Saat ini huntara tersebut hanya ditempat satu KK saja. Sedangkan 15 KK lainnya, memilih kembali pulang ke rumahnya masing-masing.
Sebagai informasi, puluhan warga tersebut direlokasi ke huntara karena terdampak bencana alam tanah gerak pada Februari 2021. Pembangunan huntara tersebut menelan anggaran sebesar Rp 300 juta. Sebenarnya langkah yang diambil masyarakat untuk kembali ke kediamannya dirasa sangat berbahaya. Sebab masih ada potensi ancaman pergerakan tanah susulan.
Meski hanya tinggal satu keluarga saja yang menghuni huntara, Dinsos Kota Batu bakal memperpanjang sewa lahan huntara. Lahan yang digunakan untuk huntara telah habis masa sewanya pada bulan April lalu.
Kepala Dinsos Kota Batu, Ririk Mashuri menyatakan, untuk memperpanjang sewa lahan huntara. Pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 48 juta, serta uang bulanan Rp 500 ribu untuk kebutuhan listrik. Perpanjangan huntara dilakukan karena hingga kini Pemkot Batu kesulitan menentukan lokasi pendirian hunian tetap (huntap).
“Hingga saat ini, kami masih kesulitan mencari lahan untuk huntap warga terdampak tanah gerah di Dusun Brau. Selain itu, kami juga melarang warga untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Sebab kondisinya rawan longsor,” tutur Ririk, Jumat (9/6).
Jika rencana tersebut sudah terealisasi, huntap bakal difungsikan untuk melakukan relokasi kepada warga terdampak tanah gerak di daerah tersebut. Kendala utama Pemkot Batu merealisasikan huntap disebabkan karena faktor ketersediaan lahan.
“Warga terdampak hanya ingin direlokasi di tempat yang tidak jauh dari lokasi mereka tinggal. Dengan adanya hal tersebut, kami cukup kesulitan mencari lahan yang aman dan tidak beresiko bencana,” katanya.
Keluarga satu KK yang masih tinggal di huntara, Angga mengungkapkan, banyak warga penerima manfaat huntara yang sudan kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka sudah kembali sekitar satu tahun lalu. Saat ini tinggal anggota keluarganya saja yang menetap di huntara.
“Kami memilih bertahan di huntara karena alasan faktor keamanan. Sebab berdasarkan kajian geoseismik yang disampaikan BPBD Kota Batu, area potensi pergerakan tanah meluas,” ujarnya.
Karena itu, sebelumnya BPBD Kota Batu telah mewanti-wanti warga yang diungsikan untuk tak kembali menempati rumahnya. Lantaran rumah-rumah tersebut berada di daerah rawan longsor, karena berdiri di tepi tebing dengan kecuraman hampir 90 derajat.
“Memilih bertahan di sini (huntara.red), soalnya nggak boleh kembali ke rumah,” tandasnya. (Ananto Wibowo)