Malang Post – Banyak cibiran menyerang Arema FC. Karena tim berjuluk Singo Edan ini, hanya bisa mendatangkan pemain-pemain Liga 2, untuk kompetisi musim depan.
Sementara di skuad musim 2022/2023 yang lalu, justru banyak pemain yang memilih hengkang. Atau tidak diperpanjang kontraknya. Atau bahkan ada yang dipinjamkan.
Belum lagi, untuk mendapatkan pemain pengganti, Arema FC juga menggelar seleksi terbuka. Yang diikuti sekitar 450 pemain ‘amatir’. Hingga mengerucut pada pemilihan 30 pemain, yang dinilai memiliki potensi.
Berbeda dengan kontestan Liga 1 lainnya, yang memilih untuk mencari pemain level Liga 1. Baik dengan mencari pemain yang sudah habis masa kontraknya. Bahkan lewat cara membajak atau meminjam.
Nyatanya cibiran tersebut tidak membuat tim pelatih Arema FC, menjadi bergeming. Mereka tetap meneruskan programnya, untuk menambah pemain dari alumni Liga 2.
Apalagi Pelatih Arema FC, I Putu Gede Swisantoso menegaskan, tak sembarang pemain yang didatangkan untuk mengisi Skuad Singo Edan. Meski mayoritas pemain yang didatangkan, berasal dari klub-klub Liga 2.
Mereka adalah Rendra Teddy (Putra Delta), Flabio Soares (Putra Delta), Hamdi Sula (PSMS Medan), Dicki Agung (Deltras Sidoarjo), Samuel Balinsa (Persewar Waropen) dan Fardan Harahap (PSMS Medan).
Sementara, pemain dari klub Liga 1, hanya ada dua pemain. Kedua pemain itu adalah Gufroni Al Ma’ruf (Dewa United) dan Rifad Marasabessy (Borneo FC).
“Kita mendatangkan pemain Liga 2, juga gak asal lho. Saya tahu situasi di Liga 1 dan Liga 2. Makanya benar-benar kita pilih dan kita datangkan yang sesuai kebutuhan.”
“Gak sembarangan. Pemain yang kita butuhkan saja, yang punya kualitas dan sesuai karakter kita,” kata Putu Gede.
Selain karena sesuai dengan kebutuhan tim, Putu Gede menyebut ada pertimbangan lain kenapa Arema mendatangkan pemain-pemain dari Liga 2. Menurutnya, bisa saja mereka lebih cocok bermain di Skuad Singo Edan, yang punya karakter keras dan ngeyel.
Hal itu tak lepas dari karakter kompetisi di kasta kedua ke bawah, yang dikenal sebagai liga rimba. Karenanya, bisa dipastikan di sana banyak sekali bertebaran pemain dengan karakter yang diinginkan Putu dan tim pelatih Arema.
“Jangan salah lho, atmosfer Liga 2 itu beda dari Liga 1. Lebih keras, lebih fight mainnya. Itu salah satu pertimbangan kami,” imbuhnya.
Menyangkut hanya PSMS Medan, Putra Delta dan Deltras Sidoarjo, yang mendominasi daftar klub yang pemainnya berlabuh ke Arema. Putu Gede menyebut hal itu hanyalah kebetulan semata.
“Kebetulan saja datang dari tiga tim itu. Sebenarnya banyak. Tapi pemainnya terkendala masih terikat kontrak dengan klubnya,” sebut pelatih berusia 49 tahun ini.
Sementara itu Manager Tim Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas menegaskan, di tangan Putu Gede sebagai pelatih, pemain-pemain Arema tak bisa bersantai-santai. Peringatan dini ini juga ditujukan kepada para pemain senior Arema.
Wiebie menambahkan, di timnya pemain senior maupun yang muda, akan mendapatkan peluang yang sama untuk bermain. Semua itu sudah diserahkannya sepenuhnya kepada tim pelatih yang memiliki kewenangan.
Meski demikian, status sebagai pemain senior, tak akan berpengaruh terhadap apapun keputusan tim pelatih Arema, dalam memilih pemain yang ditampilkan. Kerja keras dalam sesi latihan yang akan menjadi penentu nasib mereka.
“Di era Coach Putu sekarang ini, para pemain senior gak bisa bersantai-santai, yang berbicara adalah hukum prestasi,” kata Wiebie.
Wiebie menambahkan, kebijakan yang sama bakal diberlakukan untuk para pemain asing. Mereka pun tak ada jaminan bisa selalu bermain dalam setiap pertandingan.
Harapannya, para penggawa Singo Edan bisa bersaing dengan sehat. Setidaknya, jika mampu unjuk gigi dalam sesi latihan, tim pelatih tak akan ragu memainkannya dalam suatu pertandingan.
“Ini juga berlaku untuk para pemain asing. Harapannya, mereka juga bisa menunjukkan kualitas masing-masing,” tegasnya. (*/ Ra Indrata)