Malang Post – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), sudah berada di Malang. Untuk melakukan investigasi, terhadap Tragedi Kanjuruhan, yang memakan korban 125 orang meninggal dunia.
“Kami Komnas HAM datang ke Malang dengan tim yang lumayan besar. Tim ini langsung saya yang pimpin. Biasanya saya bawa tim besar seperti ini, ketika ada kasus besar sekali. Tidak perlu saya sebutkan berapa jumlahnya,” jelas Choirul Anam, Komisioner Penyelidikan atau Pemantauan Komnas HAM di Kandang Singa -Kantor Arema FC-, Senin (3/10/2022) siang.
Menurutnya, alasan Komnas HAM menurunkan personel dalam jumlah besar, untuk mengusut tuntas seluruh peristiwa dari A hingga Z, yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Namun, mereka tak menyebutnya berapa jumlah pasti personel yang turun.
Dia juga menyesalkan adanya peristiwa yang membuat 125 nyawa melayang dan 323 luka-luka itu. Dikatakan, pihaknya juga telah berkomunikasi dengan sejumlah Aremania, yang saat itu berada di tribun Stadion Kanjuruhan.
“Kami turut bela sungkawa. Secara lembaga dan institusi maupun personal. Tapi, dari kemarin saya sudah komunikasi dengan beberapa Aremania. Kami juga komunikasi degan beberapa yang keluarganya meninggal.”
“Kami juga koordinasi dengan teman Arema untuk bertemu pemain. Berikutnya kami akan mendalami yang terjadi di Kanjuruhan sana, termasuk gas air mata disana,” imbuh Choirul Anam.
Dijelaskannya, Tragedi Kanjuruhan tidak semestinya terjadi. Pihaknya tidak ingin peristiwa seperti ini terulang. Untuk seluruh suporter sepakbola di Indonesia. Bagi komnas HAM peristiwa ini tidak boleh terulang kembali.
Sementara itu, terkait dengan hanya ada dua pintu stadion yang terbuka saat insiden, Choirul Anam yang hadir dalam jumpa pers di Kantor Arema, mengaku sedang mendalami dugaan hanya dua pintu stadion yang terbuka saat insiden.
Pihaknya tak mau mengambil kesimpulan lebih cepat meski telah mengantongi sejumlah rekaman video. Komnas ingin melakukan pendalaman terlebih dahulu ke sejumlah pihak yang terlibat dalam pertandingan tersebut.
“Kami pelajari anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa akan kami cari tahu. (Apakah) Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang mana, korban banyak jatuhnya di pintu yang mana, apakah itu dekat lantaran gas air mata. Itu kami dalami,” kata Choirul.
Begitu halnya dengan dugaan gas air mata yang dilepas polisi ke tribune telah kedaluwarsa juga didalami. Dugaan yang beredar gas air mata yang ditembakkan ke tribune adalah keluaran 2019 atau telah habis masa aktifnya.
“Gas air mata pasti punya kedaluwarsa. Itu akan menjadi kunci kami tanya ke medis. Apakah ini karena sesak nafas, kadar oksigen dan lainnya seperti apa,” ucap Choirul. (Aria Cakraningrat – Ra Indrata)