AMEG – Sapawi (51) buruh tani yang tersambar petir atau kilat, saat turun hujan Rabu (5/5/2021) sore, dikenal sebagai orang yang baik ringan tangan. Kamis (5/5/2021) siang, musibah itu masih dibicarakan warga petani Ngreco Wagir.
Tampak dari kejauhan mesin bajak sawah di lokasi kejadian. Korban Sapawi, ditemukan di pojok lahan garap itu. Diperkirakan ia tidak sedang menghidupkan mesin saat membajak sawah, tapi “mopok” merawat pembatas lahan.
“Kemungkinan mopok, karena dekat cangkul. Saya tidak lihat langsung. Pulang-pulang sudah ramai banyak orang ada polisi dan yang mengecek badan Pak Sapawi,” ungkap seorang warga.
Ia pun tidak memberitahu ibunya. Pasalnya, ibunya cukup akrab dengan Sapawi. Khawatir akan mengagetkan. Karena sering Sapawi beristirahat di rumah warga dekat lokasi. Alat kerjanya juga kadang dititipkan.
“Saya sengaja tidak beritahu ibu malam kemarin karena banyak orang, takut kaget dengar kabar Pak Sapawi meninggal. Dia sering ke sini istirahat siang Mas,” ungkapnya.
Saat dievakuasi, kabar pun tersiar. Topi caping Sapawi sampai robek akibat sambaran petir. Bagian baju dan celana di paha pun robek. Saat kejadian, tidak seperti biasanya korban bekerja sendirian. Hujan turun disertai beberapa kali petir.
Seolah jadi jalan hidup, ia “nilap” banyak orang agar melupakan keberadaannya hingga ditemukan sekitar pukul 20.00 lebih. Buruh tani Ngreco kemarin pun menyebut jika musibah itu sebagai pengingat pada warga tani Wagir. Agar tidak bekerja waktu hujan turun disertai banyak petir.
“Pak Sapawi itu orang baik. Kalau ada mesin bajak siapa rusak, dia mau bantu. Karena itu dia tidak buruh di sini saja, di lahan sana juga. Sudah lama, kerja garap sawah,” ceritanya. (yan)