AMEG – Pelaksanan pembelajaran tatap muka di Kota Malang, salah satunya dilakukan di SD Negeri Kauman 1. Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji, melihat secara langsung pelaksanaan sekolah tatap muka tersebut.
Peninjauan itu, yang pertama dilakukan untuk hari ini. Selain ke empat sekolah yang lain. Saat itu, Sutiaji menyebut, ada dua kemauan yang sama, antara peserta didik dan pengajar. Ingin pembelajaran secara tatap muka, seperti sebelum pandemi.
‘’Karena tuntutan masyarakat itulah, saya selaku ketua Satgas Covid-19 Kota Malang, mengizinkan dan meminta untuk masuk (sekolah),’’ ujar Sutiaji.
Sutiaji menambahkan, pembelajaran tatap muka terbatas ini, harus dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sifatnya belum permanen. Masih ada kemungkinan dihentikan, jika nantinya ada kasus konfirmasi selama berlangsungnya pembelajaran tatap muka. Namun, tentu saja harapan semua pihak hal ini tidak terjadi dan semoga pandemi ini segera berakhir.
‘’Selalu menggunakan masker dengan benar selama proses belajar. Jika terpaksa harus melepas masker, usahakan untuk tetap memakai faceshield,’’ sambungnya.
Selain itu, pihaknya berharap murid-murid juga ikut serta memviralkan kebaikan, dengan membawa kebiasaan penerapan protokol kesehatan yang dilakukan di sekolah.
Kepala SDN Kauman 1, Dra. Umi Kulsum, M.Pd., menyampaikan pihaknya menyambut baik masukan yang disampaikan Walikota. Ia juga akan meningkatkan penerapan protokol kesehatan, untuk bisa lebih baik lagi.
Ia menjelaskan, untuk jam masuk sudah diatur dengan selisih 15 menit, setiap empat rombongan belajar. Agar tidak menimbulkan kerumunan.
‘’Peserta didik akan belajar selama dua jam di sekolah. Saat pulang sekolah, akan ada dua pintu gerbang yang dibuka untuk mengurai keramaian,’’ beber Umi Kulsum.
Terkait kapasitas kelas, Umi menjelaskan, setiap peserta didik di setiap kelas, telah dibagi dua dengan sistem ganjil genap. Pembelajaran tatap muka terbatas dilakukan Senin hingga Kamis. Sedangkan Jumat dikhususkan untuk pemantapan dan dilakukan secara daring.
Sedangkan para pengajar, mengajar dengan dua metode setiap harinya. Yaitu secara tatap muka dan daring. Kelas pagi untuk peserta didik yang mendapat jadwal masuk sekolah. Dilanjutkan untuk peserta didik yang belajar dari rumah.
Hal ini dilakukan bergantian. Setiap anak akan belajar di sekolah dua kali dalam seminggu. Umi menambahkan, para wali murid mayoritas setuju dengan kebijakan pembelajaran tatap muka terbatas ini.
‘’Keberatan tidak. Para wali murid hanya khawatir. Jumlah murid saya 552, yang masih belum mengisi form karena masih khawatir di masa seperti ini cuma 39. Dengan alasan ada keluarga, sanak saudara yang pernah terpapar. Kami izinkan dan tetap layani pembelajaran secara daring, yang penting anak-anak tetap mendapatkan materi pelajaran,’’ terangnya. (avi)