Menyongsong HUT ke- 107 Kota Malang, sebagai masyarakat tentu terlitas pada pemikiran kita , apa yang telah kita perbuat sebagai masyarakat yang sejatinya mempunyai tanggung jawab sosial bagi perkembangan Kota Malang. Tentu, sumbangsih kita sangat dinantikan oleh Kota Malang yang sudah menapaki usia tua ini. Karena dalam diskursusnya, usia tua merupakan usia rentan yang memerlukan perhatian lebih dalam merawatnya.
107 bukan angka yang kecil bagi ukuran kota yang sedang berkembang. Tak bisa kita pungkiri, kemandirian sosial ini yang diharapkan sebagai tanggung jawab sebagai salah satu individu dalam masyarakat perkotaan.
Menapaki perjalanan ke 107 tahun Kota Malang juga banyak kita lalui permasalahan yang dapat kita jadikan refleksi. Pada HUT sebelumnya kita berjuang dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang melumpuhkan segala aspek kehidupan dunia, ditambah belum lagi tahun ini dihadapkan pada permasalahan banjir, jalanan berlubang, sampai kepada kriminalitas yang menjadi problematika yang tak kunjung usai bagi Kota Malang dalam beberapa pekan terakhir.
Berbagai upaya dan solusi diupayakan dalam mengatasi problematika kota. Mulai dari penanganan terkait kebijakan, secara fisik, maupun sosial. Pemerintah Kota Malang, mau tidak mau, harus mendapatkan dukungan dari Masyarakat agar program-program pembangunan berjalan berkelanjutan.
Tentu terlalu naif jika sebagai masyarakat kita hanya menyalahkan dan mengandalkan pemerintah saja dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai masyarakat, ada baiknya kita membangun kembali kepedulian kita terhadap kesadaran terlibat dalam menggapai tujuan kesejahteraan bersama bagi masyarakat kota. Sehingga tidak ada lagi saling lempar tanggung jawab terhadap permasalahan.
Permasalahan kota akan dapat teratasi dengan kolaborasi antar elit, masyarakat, dan stakeholder. Semua memiliki peran masing-masing dalam menjalankan fungsi.
Masyarakat Kota Malang mempunyai modal sosial yang sangat kuat yaitu perilaku kolektif yang sangat kuat dalam kesadaran sosialnya. Perilaku kolektif seperti hal nya semangat gotong –royong yang masih sangat kental. Penguatan dari komunitas-komunitas lokal dalam mengatasi permasalahan, serta kesadaran yang kuat dalam perilaku membangun kota, khususnya di Kota Malang.
Bisa kita ketahui bersama, bahwa komunitas-konunitas non profit sangat tumbuh subur di Kota Malang ini, hal ini membuktikan perilaku masyarakat dalam kesadaran membangun kota masih sangat terjaga. Masyarakat kota mengalami segregasi, artinya konsentrasi tipe kelompok orang atau kegiatan tertentu di wilayah tertentu. Segregasi dapat tercipta secara sukarela atau sebaliknya. Banyak kelompok imigran memisahkan diri secara sukarela karena kehidupan demikian terasa lebih menyenangkan. Invasi terjadi ketika suatu kelompok orang, organisasi, atau kegiatan baru masuk ke dalam suatu wilayah khususnya di Kota Malang
Selain itu Kota Malang masih sangat menjunjung tinggi azas kekeluargaan dalam mengelola dan meresolusi konflik, Secara demografis dan kultur, Kota Malang merupakan kota maju akan tetapi masih sangat menjunjung tingi tradisi dan norma. Religiusitas masyarakat masih dipegang teguh diatas norma sosial. Potensi inilah yang harusnya dapat kita optimalkan dalam mengatasi segala permasalahan Kota Malang.
Penguatan kembali Modal Sosial yang dapat mendukung jargon ulang tahun ke 107 Kota Malang. Peduli dan Berbagi harapannya tidak hanya sebatas simbolik jargon, akan tetapi menjadi tema yang dapat benar-benar diaplikasikan pada system sosial masyarakat Kota Malang.
Slogan tersebut bisa menjadi symbol masyarakat dan ideologi baru bagi masyarakat Kota Malang. Melalui modal sosial yang dimiliki inilah yang dapat dapat mendukung jargon tersebut sebagai bentuk interaksionisme simbolik bagi masyarakat Kota Malang dalam mengisi HUT Kota Malang yang ke-107. Jargon HUT tersebut memiliki peranan penting dalam memotivasi masyarakat Malang Raya untuk mengoptimalkan modal sosial kolektivitas masyarakat Kota Malang yang sangat tinggi.
Heterogenitas profesi masyarakat Kota Malang menguatkan identitas kota sebagai ibu kota Jawa Timur kedua. Ketersediaan sarana pendidikan, dan sarana industri di Kota Malang semakin menambah pola interaksi dengan berbagai permasalahannya. Mau tidak mau aspek sosial Kota Malang harus diperkuat guna menyiapkan pembangunan sumber daya manusia kedepan.
Bertambahnya usia merupakan tantangan bagi Kota Malang dalan upayanya mensukseskan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Bisa kita katakan bahwa simbolik Peduli dan Berbagi merupakan tujuan bersama. Menghadapi permasalahan adalah berbicara tentang kepedulian. Penguatan kepudulian dapat dimulai dari penguatan modal sosial yang dimiliki. Kesuksesan pembangunan adalah kesuksesan bersama, untuk itu menjadi tanggung jawab bersama.
Penulis : Faizal Kurniawan, S.Pd M.Si ( Kandidat Doktor Ilmu Sosiologi, FISIP Universitas Brawijaya)