Surabaya – Penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) Asprov PSSI Jawa Timur, tak hanya dihadiri Menpora RI, Zainudin Amali dan Ketua Umum (Ketum) PSSI, Mochammad Iriawan saja. Juga hadir mantan Ketum PSSI Pusat dan Ketum Asprov PSSI Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti yang kini adalah Ketua DPD (Dewan Perwakilan Daerah).
Kesempatan emas itu, tak disia-siakan Aremania dari kelompok Make Malang Great Again (MMGA). Mereka mendatangi Sheraton Surabaya Hotel & Towers, Jalan Embong Malang, Surabaya, Sabtu (27/3) lalu.
“Saya hanya bisa memfasilitasi. Saya pertemukan langsung kalian dengan Ketua Umum PSSI dan Menpora. Sampaikan saja apa yang menjadi aspirasi dan tuntutan kalian. Tapi ingat, keputusan ada di federasi sepakbola, bukan di saya atau Menpora. Kami berdua hanya menyaksikan dan memfasilitasi,” tandas La Nyalla.
MMGA sebelum ini gencar mengusung misi penyelamatkan Yayasan Arema dan bertekad menyudahi dualisme. Tak hanya meminta organ Yayasan Arema tahun 2009 turun gunung, menemui Aremania sebagai langkah mediasi damai guna kejelasan konflik dua Arema. Mereka juga meminta siapa pun instansi di pemerintahan untuk memfasilitasi membantu, memanggil dan mendatangkan organ Yayasan Arema bertemu dengan Aremania.
Kepada La Nyalla, MMGA yang dijurubicarai Andi Sinyo, meminta agar membantu tuntutan mereka, agar tersuarakan kepada semua pihak. Terkait harapan untuk membuat Arema kembali menjadi satu. Andi Sinyo tak sendirian, dia didampingi empat rekannya. Yakni Ambon Fanda, Vandy Wijaya, Taufan Wibowo dan Yiyesta Ndaru Abadi.
Menanggapi permintaan MMGA, La Nyalla lantas menghubungi dan meminta Menpora Zainudin Amali dan Ketum PSSI Mochamad Iriawan, ikut menemui dan mendengarkan harapan MMGA.
”Disaksikan Bapak La Nyalla, kami bicara langsung ke Ketum PSSI dan Menpora, menyampaikan bahwa dualisme Arema di Malang, yakni Arema FC dan Arema Indonesia, yang sama-sama disahkan sebagai anggota oleh PSSI, pada Kongres PSSI tahun 2017 lalu, membuat benturan Aremania di grassroot. Kondisi ini sudah tidak sehat. Apalagi kedua Arema yang ada sekarang sebenarnya tidak sah. Karena Arema yang pertama dan tunggal adalah PS Arema yang tertera dalam Yayasan Arema yang didirikan tahun 1987. Bukan yang sekarang ada,” ungkap Andi Sinyo.
Kepada Ketum PSSI, mereka menyampaikan tiga tuntutan. Pertama, meneguhkan Yayasan Arema 11 Agustus 1987. Kedua, hanya ada satu nama PS Arema di sepak bola Indonesia, di PSSI, AFC, FIFA. Satu Arema yang dinaungi kepemilikan Yayasan Arema yang sah di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Ketiga, meminta agar dibentuk tim gabungan pencari fakta dualisme Arema, untuk mengembalikan segala Hak Yayasan Arema (Slot, PT, Piala, Nama dan Logo) kepada Yayasan Arema. Dan menyertakan nama Aremania sebagai Suporter PS Arema dalam AD/ART Yayasan Arema.
Atas tuntutan tersebut, Iwan Bule, sapaan Ketum PSSI itu mengatakan, akan mempelajari dan membicara di level Komite Eksekutif PSSI. Mengingat kongres PSSI tahun 2017 telah memutuskan bahwa Arema FC dan Arema Indonesia adalah anggota PSSI.
‘’Kongres itu keputusan tertinggi dalam organisasi dan sesuai Statuta PSSI yang mengadopsi Statuta FIFA. Jadi tidak bisa Ketua Umum langsung mengambil tindakan sendiri,’’ ungkap Iwan Bule.
Pertemuan yang difasilitasi La Nyalla, selain dihadiri Menpora dan Ketua Umum PSSI. Juga turut serta menyaksikan Ketua Umum PSSI Jawa Timur Ahmad Riyadh dan Anggota Komite Eksekutif PSSI Jatim Wardi Ashari serta Sekretaris PSSI Jatim Amir Burhanuddin. Tampak pula Sekda Provinsi Jawa Timur Heru Tjahyono. (act/rdt)