Situbondo – Data pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso menyebutkan, angka stunting kian menurun. Ini merunut data hasil bulan timbang per Agustus 2020. Tercatat angka stunting di Bondowoso berada pada angka 12,3 persen.
Angka itu turun dibanding sebelumnya pada 2018, yakni 38 persen berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Penurunan ini pun turut berpengaruh terhadap kondisi peringkat di Jatim.
Demikian isampaikan Kepala Dinkes Bondowoso, Moh Imron, usai kegiatan Rembuk Stunting di Pendopo Kabupaten, Rabu (24/3).”Kalau sampai tahun 2022, kita masih 4 atau 5 tertinggi di Jatim kalau pakai data Riskesdas. Tetapi kalau data bulan timbang, kita nomor 7 atau 8,” ucapnya.
Menurutnya, Dinkes terus bekerja keras untuk menekan angka stunting melalui beragam program pencegahan dan penanggulangan.Terlebih, pada tahun 2018 Kabupaten Bondowoso masuk dalam 100 lokasi fokus dalam penanganan stunting karena jumlah penderitanya sangat tinggi.
“Kami ingin ada komitmen dari semua pihak stakeholder. Karena ini keterlibatan semua pihak. Termasuk sampai pemanfaatan alokasi dana desa,” bebernya.
Pada tahun 2022 nanti pihaknya telah menganalisa 17 desa yang menjadi lokasi fokus penangangan stunting.Untuk terus menurunkan angka stunting, masyarakat diimbau pro aktif membantu program pemerintah. Balita yang diketahui kekurangan gizi, maka wajib mendapat pemberian makanan tambahan (PMT) yang cukup.”Ketika ada kasus balita stunting di desa, maka pemerintah desa harus ikut berperan dengan anggaran desanya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, hasil bulan timbang dan Riskesdas merupakan acuan dalam memantau pergerakan angka stunting di Indonesia. Keduanya memiliki perbedaan. Hasil bulan timbang dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, yakni Februari dan Agustus. Sementara Riskesdas merupakan riset kesehatan yang diikuti secara nasional. (Pan/zai/ekn)