Malang – Kisah kehidupan Nur Anisah, seorang penjual nasi goreng dan ayam geprek di kawasan Senaputra Jalan Kahuripan Kota Malang, mungkin bisa menjadi inspirasi bagi kita. Terutama yang sangat merasakan dampak kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Jatuh bangun usaha menimpa wanita berusia 40 tahun asli Malang itu. Mulai dari menjual emas di kawasan pasar. Karena tuntutan, dia pun harus menjual toko itu. Pada tahun 2018 dia mencoba peruntungan dengan berjualan kue kering seperti nastar, kastengel, semprit, otak-otak bandeng, dan lainnya. Kue itu dipasarkan di beberapa toko dan sentra penjualan oleh-oleh.
Tetapi, usaha itu juga mendapatkan kenyataan harus dihentikan dan lebih menunggu adanya pesanan karena kurangnya peminat akibat minimnya keahlian dalam bidang pemasaran produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).Setelah itu di akhir tahun 2019, dia sempat membuka katering dan berjualan di warung makan kawasan kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki).
Usaha ini juga bertahan tidak terlalu lama akibat adanya persaingan yang dinilai tidak sehat, sehingga harus mengurungkan niat untuk melanjutkan usaha di kawasan itu. “Dulu setelah usaha katering dan kue-kue kering buatan sendiri kurang diminati karena minimnya pemasaran, padahal sudah dititipkan di sentra oleh-oleh dan toko, tetapi saat semua harus tutup beroperasi, mau tidak mau produksi harus dihentikan juga. Padahal, saat itu kue kering merupakan harapan untuk bertahan hidup,” ungkap Nur Anisah.
Setelah itu kira-kira pada awal bulan Januari 2020, dia dihubungi dan diajak kerabat untuk memulai usaha kuliner kecil-kecilan dikawasan Senaputra. Dia berjualan menu seperti nasi goreng dan ayam geprek.
Pada awal berdiri Nur Anisah sempat merasakan optimisnya dalam menemukan sandaran hidup dalam usaha ini. Tapi apa daya, ketika pandemi melanda pada sekira bulan Maret lalu, seolah memori mimpi buruk usaha sebelumnya kembali terulang.Usahanya kini kembali mendapat cobaan.
“Rekor mas. Pada pertengahan Maret, dimulai sekira tanggal 19, hampir tidak ada satupun pelanggan yang datang ke warung saya yaitu La Xena Kitchen. Jalanan sepi, toko dan kantor pada tutup, hampir tidak ada aktivitas sama sekali di jalan yang biasanya selalu ramai kendaraan ini,”jelas Anisah.
Meski begitu, ternyata berbagai cobaan tidak menyurutkan niat Nur Anisah untuk mundur dan menyerah. Justru dia tetap nekat bertahan sembari berharap ada berkah dan hikmah dibalik sebuah musibah yang diberikan. Benar saja, berkat keteguhan ibu dari 3 orang anak ini, usaha jualannya masih tetap bertahan, dan mulai ramai dikunjungi pembeli yang mayoritas pengunjung yang datang ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA). Karena, letak tempat jualan dia tepat di belakang RS rujukan Covid-19 itu.
“Alhamdulilah. Padahal warung lainnya disamping kanan kiri sudah pada tutup semua berganti pemilik,” jelasnya.
Tetapi meski tidak seramai dulu, saat ini setiap harinya bisa sampai 20 orang yang datang untuk sekadar ngopi dan makan siang. Kebanyakan mereka adalah keluarga pasien yang berobat cuci darah (hemodialisa) dan para sopir dokter. “Selain itu karena banyak permintaan, menu juga jadi lebih bervariasi. Yaitu ada mie, ayam koloke, rawon, dan ayam barbeque,” tuturnya.
Untuk menu favorit pelanggan di warung yang beroprasi mulai dari jam 08.00 pagi hingga 21.00WIB ini, yaitu nasi goreng rempah yang langsung dimasak sendiri oleh Nur Anisah. Sementara untuk menu lain juga demikian, akan diolah setelah ada pesanan untuk menjaga kualitas rasa, dengan harga mulai Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.
Meski mensyukuri kondisi saat ini, Nur Anisah masih berharap adanya bantuan campur tangan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian rakyat. Terutama, untuk sektor UMKM yang benar-benar ambruk akibat pandemi ini.
“Di tengah berbagai pembatasan ini, pemerintah harus berperan aktif melihat celah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan penjualan produk UMKM sebagai penggerak ekonomi di tingkat paling bawah. Karena, banyak pusat oleh-oleh dan toko yang tutup. Bantuan untuk promosi kemudian melakukan pelatihan hingga memberikan stimulus modal usaha merupakan beberapa alternatif pilihan yang bisa dilakukan saat ini” tegas Nur Anisah. (zia/ekn)