Malang – Pandemi covid-19 tak bisa dihindari. Tapi prestasi tak boleh mati. Metode pembelajaran disesuaikan kondisi. Kompetisi juga dilakoni. Event inovasi juga dijalani dengan menerapkan protokol kesehatan. Sama halnya dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Terus memacu mahasiswanya untuk berprestasi. Sekalipun situasi pandemi. Salah satunya dengan menggelar Student Day, belum lama ini.
Sebagian besar peserta mengikuti secara daring di kediaman masing-masing. Sebagian hadir luring terbatas di Dome UMM dengan protokol kesehatan yang ketat. Kali ini didatangkan Dr Ary Ginanjar Agustian, CEO ESQ Leadership Center. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Dr Muhadjir Effendy MAP juga hadir.
Membuka acara, Dr Fauzan M.Pd, Rektor UMM menjelaskan. Student Day merupakan program rutin yang sudah lama dilakukan. Salah satu dasar pelaksanaannya adalah memacu mahasiswa mengembangkan potensi yang dimiliki. Baik potensi intelektual maupun minat dan bakat.
“Bagi UMM, potensi mahasiswa yang heterogen dan kompleks tersebut harus dikembangkan dengan baik. Agar mampu berprestasi di tingkat regional, nasional bahkan juga internasional,” tandas Fauzan.
Ia menandaskan, hidup yang kita miliki harus menjadi hidup yang berprestasi, meski tengah pandemi. Maka dari itu, UMM mengundang Ary Ginanjar. Untuk memberikan motivasi yang diharapkan bisa menjadi stimulan para mahasiswa baru. Fauzan berpesan agar mahasiswa segera memahami situasi. Kemudian melakukan hal yang dianggap strategis ke depannya.
Pada kesempatan itu, Ary Ginanjar menyampaikan. Umat manusia, khususnya para mahasiswa baru, kini menghadapi Volatility, Complexity, Urcentainty dan Ambiguity (VUCA) era. Situasi yang mengalami perubahan sangat cepat dan cenderung tidak bisa ditebak. Perubahan-perubahan itulah yang harus segera ditangkap sehingga bisa beradaptasi dengan cepat. Menjawab persoalan VUCA era, Ary memberikan solusi, dengan sebutan super agility.
Ada lima super agility yang harus dimiliki mahasiswa baru. Pertama, change agility. Mereka harus bisa beradaptasi dengan perubahan apapun. Kedua, dinamakan mental agility. “Mahasiswa dituntut untuk bisa bertahan dalam kondisi apapun, bahkan di situasi yang berat,” tandasnya. Ketiga, people agility. Mendorong mereka untuk dapat bekerja sama dengan siapapun. Tidak pandang perbedaan ras, budaya, agama, bahasa dan cara pandang. Keempat learning agility dan kelima, result agility. Mampu memehami hal baru dengan cepat dan tepat serta mampu berprestasi dalam keadaan apapun.
Sementara itu, Prof Dr Muhadjir Effendy MAP memberi selamat kepada UMM atas capaiannya menjadi Universitas Islam Terbaik tingkat Dunia versi UniRank. Meski begitu, ia berpesan agar UMM terus berbenah, berkembang serta berinovasi sekalipun sudah ditetapkan sebagai kampus Islam terbaik. Dalam sambutannya, Muhadjir juga meminta para mahasiswa UMM untuk menumbuhkan 4C. C, pertama dalah Critical Thinking. Kemudian Creativity, Communication Skill dan Confidence.
“Meskipun hanya empat hal namun mungkin akan terasa berat. Kalau kalian mampu memenuhi keempatnya, insyaAllah rida Tuhan akan menyertai dalam segala usaha kalian. Selain itu juga mampu membantu kalian untuk merintis keberhasilan di UMM,” pungkasnya. (roz/jan)