Malang – Sanitary Landfill, digadang-gadang mampu mengatasi permasalahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Rencananya, Juli 2021, mulai difungsikan.
Sementara itu, persiapan pengoperasiannya terus dimaksimalkan. Karena untuk menjalankannya harus ada petugas dengan keahlian khusus. Maka, kesiapan sumber daya manusia (SDM) saat ini dilakukan agar sanitary landfill bisa optimal.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang menyiapkan 60 tenaga khusus. “Ada 60 orang. Kami ambil dari TPOK (tenaga pendukung operasional kegiatan). Memang untuk operasional sanitary landfill ini, kami menunggu dulu tenaganya siap,” kata Wahyu Setianto, Kepala DLH.
Mereka menjalani pelatihan minimal dua bulan, dan dilakukan bertahap. Sistem sanitary landfill harus dikuasai. Mengingat pengelolaan sampah bernilai ratusan miliar ini, menerapkan teknologi baru.
Sehingga, pelatihan ini akan memudahkan petugas mengenali sistemnya, agar bekerja dengan baik. Pengelolaan sampah dengan sanitary landfill menimbulkan gas metan yang cukup membahayakan, jika tidak diketahui benar pengelolaannya.
“Ini ‘kan juga bahaya. Ledakan gas metana, kebakaran, hingga pencemaran air bisa terjadi jika tidak dikelola dengan baik,” ungkapnya.
Melalui pelatihan maksimal, para petugas bisa siap sebelum pengoperasian bulan Juli. Proyek ini menelan dana Rp 195 miliar. Kerja sama Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR dengan pemerintah Jerman.
Wujud dari program Emission Reduction in Cities-Solid Waste Management (ERIC-SWM). Melalui penerapan teknologi ini, penampungan sampah di TPA Supit Urang paling tidak mampu bertahan kurang lebih 6 hingga 7 tahun. (jof/jan)