Malang -Media massa viral dengan pemberitaan penangkapan terduga pelaku terorisme AYR (40) warga Perumahan Bumi Mondoroko Raya Kabupaten Malang beberapa waktu lalu.
Sekian hari kemudian, giliran dua terduga teroris diamankan di Jl Melati III-A RT 10 RW 4 Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Ini menjadi perhatian pengamat terorisme Universitas Brawijaya, Yusli Effendi S.IPMA. Ia menyatakan tentang mekanisme pencegahan terorisme.
Setidaknya pencegahan ekstremisme. Seperti mengembangkan sikap saling menghargai, tenggang rasa dan toleransi di antara sesama.
“Kita selayaknya mengembangkan sikap saling menghargai, tenggang rasa, toleransi diantara sesama. Merawat kebhinekaan, agar tidak dirongrong paham radikalisme, terorisme dan ekstremisme,” tandas Pengamat Terorisme Internasional HI (Hubungan Internasional) FISIP Universiras Brawijaya ini, kemarin.
Ia berharap, deteksi dini kewaspadaan masyarakat terhadap kelompok-kelompok radikal tersebut terus dikuatkan. Kampanye dalam artian yang tidak vulgar tetap dibutuhkan.
Tetapi pendekatan masyarakat yang mengampanyekan narasi positif menghargai keberagaman itu juga efektif. Terpenting, kampanye berbasis nilai-nilai kultural Jawa juga harus dihidupkan.
Pria alumnus FISIP Universitas Airlangga ini mengatakan dua faktor penyebab. Yaitu faktor topografi dan faktor sosial masyarakat Malang Raya yang heterogen.
Lokasi yang tersembunyi, dekat dengan bukit, gunung atau hutan. Namun tidak begitu jauh ke kota.
Ini memudahkan jaringan kelompok teroris melakukan latihan militer (tadrib askary) dan ribath. Sekaligus memobilisasi kekuatannya. Malang memiliki kondisi alam seperti ini.
Yusli menuturkan tradisi pager mangkok baik dijalankan.
”Ada tradisi pager mangkok. Pager mangkok itu datang dari nilai-nilai Jawa. Ketimbang membangun pagar baja, lebih baik membangun pagar mangkok,” tandasnya.
“Artinya kita selayaknya menjalin kedekatan dengan tetangga. Dengan cara mengirim hantaran makanan. Menjadikan saling mengenal tetangga dengan baik sehingga saat ada anomali maka akan terasa,” katanya.
Yusli menjelaskan jika pager mangkok bisa jadi alternatif dan komplementer.
“Deteksi dini berbasis budaya lokal seperti pager mangkok juga menjadi alternatif atau komplementer saat pandemi karena program-program lain dari pemerintah bisa jadi terhambat atau tertunda,” pungkas Yusli. (*jan)