Malang – Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro menegaskan, GeNose masuk dalam kategori breathlizer. Artinya sesuatu alat yang mengandalkan hembusan nafas.
‘’Memang GeNose tidak didesain mendeteksi virus. Tetapi alat ini bisa mendeteksi orang yang sudah terpapar. Kalau dia tak target virus, bagaimana bisa tahu?, ujarnya menjelaskan saat Hybrid Launching: GeNose C-19 Inovasi Indonesia untuk Pariwisata Indonesia secara virtual di Jakarta, Jumat (19/2).
‘’Dalam hembusan nafas, ada senyawa, yang bisa membedakan. Apakah orang ini baik-baik saja ketika bernafas, atau terkena Covid-19 atau terkena TBC atau penyakit lain,’’ imbuhnya.
Dia menjelaskan, bagaimana alat yang satu ini, bisa menganalisa saat seseorang sudah terpapar virus. Menurutnya, alat kesehatan ini mengandalkan teknologi sudah revolusi industri 4, yang mengandalkan Artificial Intelligence (AI).
Menurutnya, bagi yang sudah mendalami AI, kelebihannya adalah machine learning, yang tak pernah berhenti belajar. Begitu dijalankan akan terus update, akurasi. Caranya tentu saja dengan selalu mengumpulkan data-data yang sudah dikumpulkan. Sehingga semakin banyak GeNose dipakai, akan semakin baik bagi alat tersebut.
‘’Ini bukan alkes (alat kesehatan, Red.) biasa. Kenapa ini spesial? Karena ini sesuatu yang baru. Inovasi,’’ katanya.
Alat ini memang hanya digunakan 100 ribu kali. Namun bukan berarti setelah itu tak bisa lagi digunakan. Seperti halnya sebuah kendaraan yang turun mesin, GeNose juga bisa diperbaiki.
‘’Membeli GeNose jangan hanya sebagai expense. Membeli ini investment, jangka panjang. Kalau melihat ke situ (harga) Rp 60 juta bukan memberatkan,’’ katanya.
Sementara itu, PT KAI Daop 8 Surabaya, telah menerapkan tes Covid-19 menggunakan GeNose-19 di Stasiun Pasarturi, sejak Senin (15/2) lalu. Hal tersebut disambut baik oleh para calon penumpang kereta.
Terdapat enam bilik yang dipersiapkan untuk melakukan tes GeNose C19 di stasiun tersebut. Seluruh bilik, terlihat hampir selalu terisi calon penumpang. Terlihat calon penumpang antre menuju bilik tes GeNose. Setelah itu, penumpang akan diminta meniup plastik yang disediakan petugas, layaknya meniup balon.
Petugas akan meminta kembali plastik yang sudah mengembang terisi napas dari calon penumpang. Setelah itu, calon penumpang tinggal mengambil hasil tesnya di meja yang lain.
Tak hanya itu, petugas yang diposisikan di bagian administrasi, juga terlihat sibuk memandu calon penumpang yang antre memeriksa GeNose C19. Salah satu penumpang, Aarif Maalif (40), warga Jalan Pabean yang akan menuju ke Jakarta, mengaku menyukai teknis pengambilan sampel menggunakan tes Covid-19 GeNose.
Berbeda dengan menggunakan rapid Antigen, kata Aarif, pemeriksaan kesehatan memakai GeNose tidak membuat hidung sakit karena hanya perlu meniup kantong plastik.
‘’Tes GeNose menurut riset lebih akurat mendekati PCR, dan otomatis lebih ramah. Lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu banyak, seperti meniup balon saja,’’ kata Aarif. (*rdt)