Malang – Sampah yang mencemari sungai makin memrihatinkan. Bisa mempengaruhi ekosistem. Kehidupan atau habitat di sungai menjadi terancam. Belum lagi ditambah limbah industri.
Fakta ini memicu kreatifitas tiga mahasiswa. Yaitu, Mahdan Razaq, Sulthan Dzulfiqar Adham dan Arief Hidayat.
Mereka pun merancang alat penyaring sampah otomatis. Diberi nama Trash Conveyor. Basic keilmuan mereka memang mendukung. Ketiganya tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik UMM (Universitas Muhammadiyah Malang).
Bagaimana gagasan merancang alat ini bisa muncul? Mahdan pun bercerita. Ide kreasinya berawal saat dirinya sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sambigede, Kabupaten Malang.
Saat itu, ia melihat banyak sungai tercemar tumpukan sampah. Ia pun berpikir, bagaimana jika ada alat penyaring sampah otomatis? Pasti bisa membantu masyarakat membersihkan sungai.
Ia pun berdiskusi dengan beberapa temannya. Setelah diskusinya klik, mereka pun mendesainnya. Beberapa temannya pun bergabung.
Maka diwujudkanlah alat pembersih sampah otomatis itu. Mereka mengaplikasikan alat tersebut di Desa Sambigede.
“Sayangnya, ide saya tidak bisa direalisasikan di Desa Sambigede. Karena terhalang perizinan yang sulit. Akhirnya saya mengajak beberapa teman jurusan, mengajukan ide ini ke Pekan Kreativitas Mahasiswa – Teknologi (PKM-T) tahun2020,” ujar mahasiswa jurusan Teknik Industri ini.
Sebenarnya bagaimana cara kerja alat ini? Mahdan pun menjelaskan. Trash Conveyor ini, memanfaatkan aliran air sungai yang jatuh dari bendungan. Fungsinya memisahkan sampah dari air.
Cara kerjanya juga cukup simpel atau sederhana. Setelah air sungai dan sampah jatuh dari bendungan, sampah akan masuk ke Main Convayer.
Dari Main Convayer, sampah akan dibawa ke Secondary Convayer. Dari sinilah, sampah akan dibawa ke tempat pembuangan yang sudah diletakkan di samping bendungan.
Sama seperti beberapa PKM lain yang didanai Ditjen Dikti tahun 2020. Ada beberapa perubahan terkait pelaksanaan PKM-T ini.
Salah satunya, hasil PKM-T tidak berupa alat. Tapi berupa video animasi dan desain produk. Mahdan mengungkapkan, jika timnya memiliki beberapa kendala saat proses pengerjaan.
“Tim kami sangat kesulitan untuk membuat desain dan video animasi. Akhirnya kami minta tolong salah satu teman dari jurusan teknik mesin. Agar dibuatkan video animasi untuk PKM ini,” kata mahasiswa kelahiran Sulawesi Tenggara itu.
Mahdan sudah tahu, jika sebenarnya pemerintah telah memiliki alat pembersih sampah. Namanya Interceptor 001.
Namun alat ini memiliki beberapa kelemahan. Seperti penggunaan alat hanya terbatas di sungai-sungai besar. Pemasangannya rumit. Dan, membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan alat tersebut.
“Saya berharap dengan hadirnya inovasi ini, mampu membantu mengurangi permasalahan sampah yang ada di sungai. Selain itu, semoga Trash Conveyor dapat diterapkan di berbagai daerah yang ada di Indonesia,” harap Mahdan di akhir sesi wawancara. (roz/jan)