
Malang – Panpel atau Local Organizing Committe (LOC) dan manajemen Arema FC, memasukkan delapan tim sebagai lawan. Dengan kategori bigmatch. Itu berlaku sejak dimulainya kompetisi profesional penuh. Pada Indonesia Super Legaue (ISL) musim 2008/2009 sampai dengan Liga 1 2020 ini.
Mengkategorikan sebuah tim masuk ukuran bigmatch, tak hanya menggunakan parameter kualitas kekuatan lawan yang dinilai sepadan. Namun juga yang diprediksi mampu mendatangkan animo tinggi, di tingkat kehadiran penonton. Di atas jumlah rata-rata.
Ke delapan tim tersebut, adalah Persija Jakarta, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, Madura United, Bali United, PSM Makassar, Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC. Tujuh tim pertama hingga saat ini, masih menghuni Liga 1. Sedangkan Sriwijaya FC sejak Liga 1 2028 lalu terlempar ke Liga 2.
‘’Arema ini memang unik. Menghadapi tim-tim kuat yang laganya masuk kategori bigmatch, kerap meraih hasil bagus dan positif. Tetapi ketika menghadapi tim-tim, yang di atas kertas tidaklah sulit untuk meraih tiga poin, justru kalau tidak seri, ya kalah.’’
‘’Kita bisa lihat pada musim 2016. Gelar juara sudah di depan mata. Tapi empat laga terakhir terpeleset. Justru lawannya tim-tim yang sebenarnya kita bisa ambil tiga poin. Under estimate atau anggap enteng lawan, masih menjadi salah satu problem di tim ini,’’ tandas Joko ‘Gethuk’ Susilo, mantan pemain dan juga pelatih Arema FC.
Sejauh ini, rekor pertemuan kontra delapan tim lawan bigmatch tersebut, skuadra Singo Edan masih unggul. Baik dalam laga home, away, maupun di tempat netral. Termasuk laga kompetisi dan pramusim.
Sejarah pertemuan sejak 1990 hingga 2020, atau dalam 30 tahun, tercatat 251 pertandingan. Arema sukses memenangkan laga 102 kali. Dan kekalahan 76 kali, serta mencatat draw 51 kali. Begitu juga agregat gol. Arema leading 343-325 atau surplus 18 gol.
Agregat pertemuan kumulatif versus delapan tim, yang masuk katengori bigmatch bagi Arema, sementara ini juga unggul 6-3. Enam keunggulan head to head dicatat tim Singo Edan atas Madura United skor 5-3, seri 4, gol 16-13 (12 laga), atasi Bali United dengan skor 9-4, seri 2, agregat gol 27-23 dalam 15 laga.
Kemudian leading melawan Persija Jakarta dalam 45 pertemuan. Dengan skor 18-12, draw 15, gol 77-55, dan atasi Sriwijaya FC 17-21, seri 10 kali, gol 67-57. Termasuk unggulan rival abadinya di Jawa Timur, Persebaya Surabaya lewat skor 14-10, seri 6, gol 34-33 dalam 30 pertemuan.
‘’Khusus lawan Persebaya, pasti ada yang berbeda. Bahkan ibarat turnamen, lawan Persebaya itu selalu dianggap partai final. Jadi tak heran, kalau pemain selalu habis-habisan. Mereka berpendapat, Arema FC boleh kalah dari siapapun juga. Tapi akan sangat malu kalau kalah dari Persebaya,’’ tandas Gethuk yang juga mantan striker Arema FC ini.
Arema kalah dalam tiga head to head melawan Persib Bandung skor 13-19, draw 11, gol 44-55 dalam 43 laga dan versus Persipura Jayapura, menang tipis 17-18, draw 6 kali, gol 46-60 dalam 41 laga. Begitu juga menghadapi PSM Makassar sepanjang 286 pertemuan, takluk dengan skor tipis skor 9-10 dan seri 7. Namun unggul gol 32-29.
‘’Selalu saja ada atmosfir yang berbeda ketika bertanding lawan tim-tim besar. Apalagi kalau tergolong bigmatch. Rasa untuk tidak mau kalah, menjadikan seluruh pemain memiliki semangat yang sangat tinggi. Bahkan tidak jarang, banyak pemain ngotot dimainkan, sekalipun dalam kondisi cedera,’’ imbuh mantan pelatih Persik Kediri ini.
Di luar ke delapan tim tersebut, masuk dalam kategori laga non-bigmatch atau biasa. Dalam menjamu tim-tim dengan kategori laga bigmatch, panpel juga memberlakukan jumlah dan harga tiket berbeda dibandingkan non-bigmatch.
Meski mendaftarkan dua stadion ke PT Liga Indonesia Baru (PT LIB), namun panpel Arema menggunakan Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang untuk semua laga bigmatch. Ketimbang di Stadion Gajayana Kota Malang. Karena pertimbangan kapasitas venue yang lebih kecil.
“Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, selalu disiapkan menjadi venue delapan laga melawan tim-tim, yang masuk kategori bigmatch. Dibandingkan menggunakan Stadion Gajayana di Kota Malang.’’
‘’Semua itu karena alasan kapasitas tribun (Stadion Kanjuruhan) yang lebih besar dan jauh dari pusat keramaian. Laga bigmatch ada perbedaan dengan laga-laga non-bigmatch. Mulai dari jumlah dan harga ticketing, standar personil keamanan hingga operasional lainnya,’’ timpal Ketua Panpel Arema FC, Ir Abdul Haris.
Laga bigmatch panpel mencetak 44.700 lembar tiket. Rinciannya, tribun ekonomi Rp 40 ribu (40.200 lembar), tribun VIP Rp 150 ribu (2.200 lembar) dan tribun VVIP Rp 200 ribu yang dicetak 600 lembar.
Begitu pula untuk pengamanan menggunakan standar VVIP. Berjumlah 1.200 personil gabungan TNI-Polri se Malang Raya. Ditambahan dari eks Keresidenan Malang. Seperti Kabupaten Lumajang, Kabupaten/Kota Pasuruan, Kabupaten/Kota Probolinggo.
Temasuk Satpol PP Pemkab Malang dan Pam Swakarsa atau stewart panpel Arema FC. Serta dukungan unit kendaraan taktis (rantis) lapis baja dan Pasukan Anjing Unit K9.
‘’Namanya saja pertandingan besar. Jika menghadapi lawan-lawan yang tergolong bigmatch itu, pasti soal keamanan menjadi prioritas utama. Karena animo penonton sangat tinggi sekali. Termasuk karena ada rivalitas abadi dengan beberapa lawan di partai besar tersebut,’’ ibuh Abdul Haris. (act/rdt)
Total head to head Arema FC vs 8 tim bigmatch
251 main, skor 102-76, draw 51, gol 343-325)
Arema FC vs Madura United (2016-2020)
(main 12, skor 5-3, seri 4, gol 16-13)
Arema FC vs Bali United (2015-2019)
(main 15, skor 9-4, seri 2, agregat gol 27-23)
Arema FC vs Persib Bandung (1990-2020)
(43 laga, skor 13-19, draw 11, gol 44-55)
Arema FC vs Persija Jakarta (1990-2019)
(45 main, skor 18-12, draw 15, gol 77-55)
Arema FC vs Sriwijaya FC (2005-2018)
(main 39, skor 17-12, seri 10 kali, gol 67-57)
Arema FC vs PSM Makassar (1995-2019)
(main 26, skor 9-10, seri 7, gol 32-29)
Arema FC vs Persebaya Surabaya (1992-2020)
(main 30, skor 14-10, seri 6, gol 34-33)
Arema FC vs Persipura Jayapura (1995-2019)
(41 main, skor 17-18, draw 6, gol 46-60)