Batu – Para petani apel di Kota Batu bisa sedikit bernapas lega. Sebab, mereka mulai menemukan obat untuk mengatasi pandemi hama dan penyakit mata ayam. Seperti diketahui, mata ayam telah menyerang buah apel Batu sejak tiga tahun tahun terakhir.
Luar biasanya, penemu ramuan untuk mengatasi mata ayam itu bukan dari kolega pemerintahan ataupun akademisi. Namun, ditemukan sendiri oleh salah satu petani apel Kota Batu, Ruddy Madiyanto. Dia melakukan observasi dan penelitian secara mandiri.
Penemuan ramuan itu merupakan buah dari pressing. Dari adanya hama mata ayam yang terus menghantui. Selain itu, juga karena terus meruginya para petani apel karena gagal panen. Bahkan, ada seorang petani yang bisa membuang 70 ton apel.
Ramuan yang dia temukan itu berupa fungisida. Cairan dari ramuan itu disemprotkan langsung ke buah apel yang menderita mata ayam. Penyemprotannya bisa secara rutin ataupun berkala.
“Dari hasil penyemprotan yang telah dilakukan selama empat bulan ini menunjukkan sejumlah buah apel sembuh dari hama mata ayam. Bintik hitam di buah apel mulai memudar,” ujar Ruddy kepada Di’s Way Malang Post, Jumat (22/1).
Ruddy telah melakukan riset selama delapan bulan untuk menemukan ramuannya itu. Upayanya ini murni dari keinginannya sendiri. “Berawal dari kita sendiri. Karena ada pressing hama. Karena jika terus diam dan pasrah tidak akan bisa mendapatkan keuntungan,” ungkapnya.
Dari hasil observasi ini ditemukan jika mata ayam itu berasal dari jamur dengan ciri-ciri penyebarannya hanya empat hari. Mulai dari spora hingga spora lagi.
“Berdasarkan pengelihatan saya, jamur ini menyerang apel jenis Manalagi. Sedang jenis Ana masih aman,” ujarnya.
Hal ini diduga karena apel Manalagi memiliki rasa manis, sedang Ana memiliki rasa asam. Tampaknya jamur mata ayam lebih memilih apel yang memiliki rasa manis.
“Selain kedua hal ini, juga dikarenakan adanya lalat yang mengisap buah apel. Isapan itu meninggalkan lubang yang selanjutnya ditempati oleh jamur. Menyebar mulai 1 milimeter hingga beberapa centimeter, sehingga disebut dengan mata ayam,” jelas Ruddy.
Lebih lanjut, mata ayam atau biosforum ini memiliki bentuk pipih seperti padi. Terkait apel yang telah disemprot fungisida itu juga layak dikonsumsi. “Ambang dosis yang kami gunakan tepat. Karena bahan kimia itu jika terlalu banyak juga bahaya. Sedang jika kurang tidak akan ada efeknya,” kata Ruddy.
Dia juga menjelaskan, penyemprotan fungisida hasil ramuannya itu dilakukan selama tiga hari sekali. Hadirnya fungsida dari Ruddy ini telah dirasakan sejumlah petani apel di Kota Batu, salah satunya Slamet. Ia mengaku telah menyemprotkan fungsida itu selama empat bulan terakhir ini. Dengan penyemprotan itu, Slamet berharap bisa mengembalikan modal yang telah dia keluarkan mulai 2018 lalu yaitu Rp 2,3 miliar.(ano/ekn)