Malang – Belakangan ini, Pemda Malang Raya (Kab/Kota Malang-Batu) mencanangkan gerakan menanam pohon. Gerakan ini, prinsip utamanya adalah reboisasi, atau penghijauan.
Intervensi Pemda perlu dilakukan. Karena sebagai pemangku wilayah, mereka juga bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan.
Seperti yang dilakukan Walikota Batu Dewanti Rumpoko. Bahwa wilayah Kota Batu menjadi penyangga pasokan air bersih bagi 15 Kab/Kota lainnya.
Salah satu cara untuk melestarikan sumber mata air adalah dengan memperbanyak tanam pohon. Maka gerakan Satu Nama Satu Pohon menjadi gaung hari jadi ke 19 Kota Batu. Ini patut dicontoh pemda lainnya.
Karena semakin banyak pohon, maka fungsinya sebagai penahan air tanah akan semakin optimal. Fungsi sebagai filter alam terhadap udara juga akan berjalan.
Mengingat semakin hari, tingkat polusi udara juga semakin tinggi. Maka dengan banyaknya pohon di sebuah kota, akan meningkatkan kemampuan menyerap Co2 dan menghasilkan O2 yang bersih bagi masyarakat.
Tidak hanya pemda. Namun, semua elemen masyarakat harus memiliki kesadaran menjaga kelestarian alam.
Demikian juga dengan perguruan tinggi di Malang Raya. Sebanyak 60 perguruan tinggi, jika mencanangkan gerakan menanam pohon, tentunya sangat bermanfaat bagi kelestarian alam.
Apalagi hampir di seluruh kampus, terdapat mahasiswa pecinta alam. Bukankan mencintai alam, salah satunya harus melestarikan alam juga?
Maka gerakan menanam pohon, jika dicanangkan oleh pihak perguruan tinggi, adalah wajar. Bahkan menjadi sebuah keniscayaan.
Kesadaran melestarikan alam dengan menanam pohon sepertinya disadari pihak Universitas Brawijaya. Bersamaan dalam rangkaian peringatan Dies Natalis ke-58, dilakukan gerakan tanam pohon.
Civitas akademika UB memberi tajuk Tetenger Bumi. Lokasi yang dipilih adalah Desa Pait, Kasembon, Kabupaten Malang. Wilayah Malang Barat yang tak jauh dari Kota Batu. Sebagai wilayah penyangga kebutuhan air juga.
Tetenger Bumi ini, diartikan sebagai kegiatan menandai bumi dengan menanam pohon. Tujuannya, kelak hasilnya bisa dinikmati anak cucu dan mahkluk hidup lain.
Tetenger Bumi UB kali ini, terpilih 58 kepala keluarga. Mereka diberi 250 bibit pohon. Setiap keluarga akan menerima dua hingga tiga bibit pohon.
Penanggungjawab kegiatan, Tibyani membenarkan. Pihaknya menyediakan bibit durian, alpukat dan jeruk bali. Dibagikan ke warga terpilih.
“Masing-masing menerima dua hingga tiga bibit. Di Desa Pait ini, ada 25 RT (Rukun Tetangga.red). Oleh karena itu, untuk menghindari kerumunan, maka kami sebagai panitia akan membagikan bibit dan biaya penanaman ke rumah-rumah warga,” terangnya.
Rektor UB Prof Nuhfil Hanani juga menjelaskan. Bahwa tanaman memiliki segudang manfaat bagi kehidupan manusia.
“Memberi sumber kehidupan, memberi oksigen, menarik karbondioksida serta racun. Saya berharap bibit pohon yang diberikan ini, bisa bermanfaat bagi warga Desa Pait Kasembon,” ujar Prof Nuhfil melalui Humas UB.
Kegiatan ini merupakan wujud pengabdian Universitas Brawijaya kepada masyarakat. Dalam rangka ikut serta membangun negeri. Usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Melalui program-program pembangunan di berbagai bidang. Ini menuntut perguruan tinggi untuk senantiasa meningkatkan kualitas pelaksanaan tridharma perguruan tinggi secara terpadu dan terprogram. Terutama dalam pelaksanaan dharma pengabdian kepada masyarakat. (roz/jan)