Malang – Pemda Malang Raya (Kab/Kota Malang-Batu) sama-sama mencanangkan sektor wisata sebagai jurus bangkitkan ekonomi. Masing-masing telah memproyeksikan dan menargetkan pertumbungan ekonomi pada tahun 2021.
Mencapai target tersebut butuh proses. Tidak ada salahnya jika Pemda Malang Raya menggandeng kelompok profesional. Karena selama ini, merekalah yang berada di garda terdepan sebagai pelaku wisata.
Salah satunya adalah pemahaman tentang tata cara dan tata kelola homestay. Ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam industri pariwisata di tengah situasi pandemi.
Sebagai studi banding, mungkin bisa melihat upaya Pemkab Pasuruan menggelar workshop management pondok wisata/homestay baru-baru ini.
“Maksud dari workshop (pelatihan.red) ini, adalah memberikan pendidikan atau edukasi tata cara dan tata kelola. Serta keterampilan dalam menjalani tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola homestay di desa wisata. Sekaligus memberi rasa aman dan nyaman kepada pengunjung,” tandas pemateri Agus Sugiarto.
Pesertanya benar-benar pelaku desa wisata. Sebanyak 40 orang pemilik homestay dan pelaku wisata yang tergabung di pokdarwis (kelompok sadar wisata) dari beberapa desa.
Sebanyak empat pemateri dilibatkan dalam kegiatan yang berlangsung guyub rukun ini. Mereka dari team EJEF (East Java Ecotourism Forum). Selain menjadi pendiri EJEF, Agus juga sebagai manager program Dial Foundation di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Kegiatan edukasi di tengah situasi pagebluk corona ini, bertujuan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang kepariwisataan. Meningkatkan keterampilan tentang tata kelola homestay/pondok wisata.
Selain pemaparan materi, juga melatih dan meningkatkan kesadaran pemilik homestay/pondok wisata. Bahwa homestay merupakan bagian dari daya tarik wisata. Wisatawan dalam kunjungannya ke desa wisata, pasti akan mempertimbangkan keberadaan homestay.
“Selain tujuan tadi, juga diharapkan bisa mendorong tumbuhnya pemberdayaan ekonomi lokal dari keberadaan homestay di desa wisata. Pemanfaatan potensi pangan lokal, sebagai hidangan khas bagi wisatawan yang menginap di homestay. Serta hygiene dan sanitasi yang sesuai dengan standart kesehatan,” urai Agus.
Banyak materi edukasi yang didapat dalam workshop. Antara lain: Pengenalan alur pelatihan, metode dan mengukur pemahaman pariwisata. Pemahaman Pariwisata Berkelanjutan. Pemahaman terhadap persepsi dan prinsip prinsip pariwisata berkelanjutan.
Pengenalan homestay. Pemahaman terhadap defenisi homestay dan prinsip dasar pengembangan homestay. Pengembangan dan perawatan bangunan homestay. Cara mengembangkan homestay dan perawatan dalam mengelola Homestay
Menyiapkan dan membersihkan homestay. Teknik menyiapkan homestay, kamar dan berbagai fasilitas yang disediakan. Tata cara penerimaan dan pelayanan tamu. Alur penerimaan tamu dan bagaimana melayani tamu dalam pengelolaan homestay. Menyiapkan dan menyajikan makanan. Menyiapkan, memilih peralatan masak dan menyajikan makanan dengan prinsip kelokalan makanan.
Keselamatan dan lingkungan hidup homestay. Pemahaman dan teknis keselamatan tamu selama menginap dan beraktivitas. Pemahaman terhadap lingkungan hidup untuk meningkatkan pelayanan dan keberlanjutan. Usaha hemat energi dan pengelolaan limbah rumah tangga.
Respon positif ditunjukkan peserta. Mereka terlecut menerapkan hasil pelatihan ini di desanya masing-masing. Karena selama ini, pengelolaan mereka tidak memiliki standar. Alias asal-asalan.
Khoir dari Pokdarwis Jatiarjo mengatakan, pelatihan ini berguna sebagai panduan mengelola usaha. Ia mengaku mendapat banyak pencerahan baru.
“Apik mas. Jadi tahu apa itu homestay/pondok wisata. Bagaimana mengelola secara benar. Jadi punya panduan untuk menata ulang homestay. Berdasarkan materi-materi yang diberikan dalam pelatihan ini,” tuturnya.
Peserta pelatihan lainnya juga menyambut baik. Menurut mereka ada konsep yang selama ini belum terlaksana. Yaitu, green homestay.
Mereka antusias untuk menjajagi penerapan konsep ini. Karena berdasarkan data statistik yang dibeber pemateri, wisatawan di masa pandemi sangat membutuhkan konsep kembali ke alam.
Agus Sugiarto berharap kedepannya ada pelatihan pengelolaan sampah dan membangun jaring komunikasi.
“Ke depan, saya berharap ada pelatihan untuk membahas pengelolaan sampah, membangun jaring komunikasi/ networking. Pelatihan pemasaran dan ajang promosi bersama untuk pariwisata yang berkelanjutan,” urai Agus mengakhiri. (*jan)