Jakarta – Hari ibu yang diperingati pada 22 Desember tahun ini, sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hari ibu tahun ini, diwarnai dengan suasana dan tantangan karena pandemi Covid-19 yang masih terjadi.
Kondisi berat dan berbeda ini, sekaligus memperlihatkan dan membuktikan, ibu tidak saja menjadi penjaga dan pengelola kehidupan keluarga. Tapi juga berperan besar untuk menjaga kesehatan maupun ekonomi keluarganya.
Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), menampilkan beberapa sosok ibu yang tangguh. Pertama adalah Narsih, Penjual Jamu Keliling. Sosok ibu ini terus berjuang, di tengah himpitan pandemi Covid-19. Tetap berjuang sendiri setelah suaminya meninggal.
‘’Saya sudah 25 tahun menjalankan usaha jamu keliling,’’ ujarnya.
Narsih juga menjadi salah satu, dari 12 juta penerima manfaat, yang mendapatkan Bantuan Produktif untuk Usaha Mikro (BPUM).
‘’Kemarin saya dapat Bantuan Produktif Rp 2,4 juta itu. Alhamdulillah, memang setiap kesulitan akan ada jalan keluarnya,’’ ujar Narsih.
Tidak hanya Narsih, sosok ibu lain yang berjuang di masa pandemi adalah, Suwanti.Pengusaha kerajinan tangan,yang harus membuat terobosan agar usaha dan kesejahteraan para pengerajinnya, bisa kembali maju seperti sebelum pandemi.
‘’Kreasi ini identik dengan pesta. Berkaitan dengan pandemi, pesta jadi tidak ada. Akhirnya usaha kami mati total,’’ papar Suwanti.
Tidak berhenti karena keadaan, Suwanti pun membuat makanan ungkep, dari daging burung puyuh. Untuk menyiasati produksi kerajinan tangan yang terhenti karena pandemi. Beruntungnya, Suwanti mendapatkan BPUM.
‘’Mendapat bantuan sebesar Rp 2,4 juta itu, bagi saya khususnya, seperti mendapat air minum di tengah padang pasir, senang sekali,’’ ujar Suwanti.
Tidak berbeda jauh dengan Narsih dan Suwanti, Iis Suminar, pengusaha gado-gadoini, juga merupakan sosok ibu yang tidak menyerah pada keadaan. Sebagai salah satu penerima manfaat BPUM, Iis juga memanfaatkannya untuk meningkatkan usahanya demi menjaga ketahanan ekonomi keluarganya.
‘’Mendapat bantuan Rp 2,4 juta tersebut, saya akhirnya bisa memperlebar tempat atau meja usaha. Sekaligus di situ saya tambahkan usaha menjual gorengan,’’ terang Iis.
Narsih, Suwanti dan Iis, merupakan sedikit dari kisah ibu-ibu yang tetap berjuang. Berbakti bagi keluarganya. Guna membantu mempertahankan perekonomian keluarga di masa pandemi. (* rdt)