Rencana penggabungan usaha (merger) tiga lembaga perbankan syariah antara PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) dijadwalkan tuntas pada 1 Februari 202.
Hasil merger tiga bank syariah milik BUMN tersebut akan melahirkan nama baru yakni Bank Syariah Indonesia Tbk, demikian diungkapkan Hery Gunadi, Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syarian BUMN dalam siaran pers yang diterima Malang Post.com, kemarin.
Hery menjelaskan saat ini para pihak sedang mematangkan pembahasan akhir menyangkut perubahan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) yang memuat tambahan penjelasan ihwal struktur, nama dan logo bank baru telah dilakukan.
Publikasi Perubahan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha dilakukan sesuai regulasi yang berlaku dan mengikuti persetujuan regulator. “Jika seluruh proses merger telah tuntas berikut persetujuan dan regulator-regulator terkait telah diperoleh, maka bank hasil penggabungan tersebut akan bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk,” jelasnya.
Selanjutnya perubahan nama tersebut juga akan diikuti dengan pergantian logo. Demikian halnya dengan kantor pusat Bank Syariah Indonesia Tbk akan berpusat di Jl. Abdul Muis No. 2-4, Jakarta Pusat yang sebelumnya merupakan kantor pusat BRIS, katanya.
10 Direksi
Selanjutnya bank hasil penggabungan akan diperkuat dengan susunan kepengurusan yang terdiri atas 10 Direksi. “Nama-nama tiap Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Hasil Penggabungan akan dibahas dalam RUPSLB BRIS yang dijadwalkan akan dilaksanakan pada 15 Desember 2020.”
Lebih jauh disebutkan, 10 posisi direksi yang akan mengelola usaha Bank Hasil Penggabungan terdiri dari Direktur Utama, dua posisi Wakil Direktur Utama dan masing-masing satu Direktur Wholesale & Transaction Banking, Retail Banking, Sales & Distribution, Information Technology & Operations, Risk Management, Compliance & Human Capital, serta Finance & Strategy.
Hery Gunardi, mengatakan seluruh proses dan tahapan-tahapan merger akan terus dikawal hingga penggabungan ketiga bank syariah BUMN selesai dilakukan.
Pihaknya memastikan segala rencana perubahan dan penyesuaian operasional telah sesuai dengan tujuan dan kegiatan operasional lembaga baru yang memiliki visi menjadi Top 10 bank syariah terbesar di dunia dalam lima tahun ke depan dan sebagai Top 10 bank terbesar di Indonesia.
“Kehadiran Bank Syariah Indonesia akan menjadi tonggak kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, entitas baru ini tentu memerlukan identitas yang kuat dan direksi yang berpengalaman untuk menjalankan operasionalnya.”
Dengan direksi yang akan diisi oleh orang-orang berpengalaman di bidangnya, visi Bank Syariah Indonesia untuk menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia akan semakin mantap dan yakin bisa diwujudkan, ujar Hery yang kini menjabat Dirut Bank Syariah Mandiri.
Direktur Utama BRI Syariah Ngatari, menambahkan masih ada sejumlah tahapan yang harus dilalui hingga penggabungan tiga bank ini tuntas, termasuk memperoleh persetujuan dari regulator- regulator terkait.
Seluruh proses akan dilakukan secara saksama sesuai regulasi yang berlaku. “Alhamdulillah, saat ini kami telah memiliki rancangan nama baru untuk menjadi identitas bank hasil merger nanti. Identitas baru ini semakin memicu semangat kami untuk menuntaskan merger dan integrasi sebaik mungkin, dan mulai beroperasi memenuhi segala kebutuhan nasabah dan masyarakat.”
Pihaknya menjamin semua proses merger sampai tuntas nanti akan dilakukan dengan mengedepankan para karyawan, nasabah, dan mitra usaha. “Perlu dicatat bahwa saat ini merger belum efektif. Kami masih menjalankan sejumlah proses agar dapat memperoleh semua persetujuan dari regulator. Hingga proses tersebut selesai, semua operasional dan layanan tetap berjalan normal dan optimal,” ujar Ngatari.
Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menambahkan, penetapan nama dan struktur kepengurusan baru bagi Bank Hasil Penggabungan sejalan dengan upaya Pemerintah membentuk ekosistem halal serta mendorong perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
“Dengan struktur yang baru ini, gerak bank hasil merger kami yakini akan semakin lincah dan mampu menjawab tantangan serta segala kebutuhan masyarakat, nasabah, serta pelaku usaha di Indonesia maupun dunia.”
Pengelolaan bank hasil merger yang akan dilakukan oleh para profesional yang berpengalaman di bidangnya akan membantu mewujudkan salah satu tujuan dari penggabungan ini, yakni menjadikan Bank Syariah Indonesia sebagai jangkar dalam ekosistem industri halal dan mendukung visi untuk memposisikan Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi Syariah dunia, lanjutnya.
Aset Rp214,6 triliun
Dia menjelaskan, bank hasil merger nanti akan memiliki aset senilai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. “Dengan jumlah aset dan modal inti sebesar itu maka dalam lima tahun ke depan akan menempatkan bank hasil merger masuk dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.”
Hal ini dapat terwujud karena didukung oleh jaringan kantor yang terdiri dari lebih 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, serta 20.000 lebih karyawan di seluruh Indonesia. “Bank Hasil Penggabungan akan mampu memberikan layanan finansial berbasis syariah, layanan sosial bahkan spiritual bagi lebih banyak nasabah.”
Di segmen ritel, Bank Hasil Penggabungan akan memiliki ragam solusi keuangan dalam ekosistem Islami seperti terkait keperluan ibadah haji dan umrah, zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF), produk layanan berbasis emas, pendidikan, kesehatan, remitansi internasional, dan layanan dan solusi keuangan lainnya yang berlandaskan prinsip syariah yang didukung oleh kualitas digital banking dan layanan kelas dunia.
Di segmen korporasi dan wholesale, Bank Hasil Penggabungan akan memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sektor-sektor industri yang belum terpenetrasi maksimal oleh perbankan Syariah.
Selain itu, Bank Hasil Penggabungan juga diyakini akan dapat turut membiayai proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar dan sejalan dengan rencana pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Di samping itu, Bank Hasil Penggabungan akan menyasar investor global lewat produk-produk syariah yang kompetitif dan inovatif.
Di segmen UKM dan Mikro, Bank Hasil Penggabungan akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM melalui produk dan layanan keuangan syariah yang sesuai dengan kebutuhan UMKM, baik secara langsung maupun melalui sinergi dengan bank-bank himbara dan pemerintah Indonesia.
Bank Hasil Penggabungan akan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan ticker code BRIS. Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI – Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.
Struktur pemegang saham tersebut adalah berdasarkan perhitungan valuasi dari masing-masing bank peserta penggabungan. Tambahan Informasi dan/atau Perubahan Ringkasan Rencana Merger telah disampaikan kepada seluruh regulator terkait, baik di sektor pasar modal dan perbankan.
Tahapan dan proses-proses selanjutnya akan sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan regulasi dan perundang-undangan yang berlaku. Seluruh pihak saat ini terus mengawal proses penggabungan termasuk memperoleh persetujuan dari seluruh regulator terkait untuk mencapai tanggal perkiraan efektif penggabungan sebagaimana tercantum dalam Perubahan Ringkasan Rencana Merger, yakni 1 Februari 2021.
Dari sisi layanan, tidak ada perubahan operasional dan layanan selama proses ini berlangsung. Bagi para nasabah, ketiga bank menjamin sepenuhnya operasional tetap berjalan normal dengan kualitas layanan yang tetap optimal dan prima. (Bambang Sutejo)