Malang – Jelang Pilkada Rabu 9 Desember 2020, Fisip UMM membeberkan hasil surveynya. Terdaftar sebagai lembaga survey di KPU Kab Malang. Menurunkan 60 surveyor selama lima hari, mulai 17-22 November 2020.
“Survei ini wujud kepedulian dan tanggung jawab moral akademik. Mengawal proses demokrasi transparan dan akuntabel menjelang hajat politik di Kabupaten Malang,” ungkap Dr Rinekso Kartono, Dekan Fisip UMM.
Ruli Inayah Ramadhon M.Si, Ketua Tim Survey mengatakan: Survey opini publik ini memiliki aspek penting. Baik bagi paslon dan masyarakat luas. Data empirik dan terukur di lapangan setidaknya mampu mengukur aspek popularitas (popularity), aspek disukai (likeability) dan peluang keterpilihan (electability).
Survey Opini Publik Pra Pilkada ini, menggunakan metode Multistage Systematic Random Sampling. Margin of error (MoE) kurang lebih 4 %. Tingkat kepercayaan 95 %. Wawancara langsung dengan masyarakat Kab Malang. Dilakukan terhadap 600 responden. Tersebar proporsional. Sejumlah temuan menarik didapat. Penilaian terhadap kinerja Bupati Malang menunjukkan trend positif, 77.5 %. Ini keunggulan dan kekuatan politik paslon incumbent Sanusi-Didik.
“Survey memperlihatkan kinerja bupati. Membangun kerukunan umat beragama, peningkatan layanan kesehatan dan peningkatan kualitas layanan publik. Diakui keberhasilannya dan diapresiasi publik. Sisi lain, ada PR sekaligus catatan evaluasi untuk Pemkab Malang. Dalam hal peningkatan perekonomian masyarakat. Menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Juga dalam hal penyediaan bantuan modal dan kredit usaha rakyat,” ungkap Zen Amirudin M.Med.Kom, pakar Komunikasi Politik UMM.
Sejumlah faktor mempengaruhi tingkat keberhasilan paslon. Seperti popularitas, kapabiltas, akseptabilitas dan elektabilitas. Dari keempat faktor ini, paslon nomor urut satu, Sanusi-Didik Gatot memiliki keunggulan signifikan dibanding lainnya. Popularitas paling tinggi paslon nomer urut satu: 84,5%. Bersaing tipis dengan paslon nomer urut dua: 72,2%. Paslon independen nomer urut tiga: 40%. Penerimaan publik juga didominasi paslon nomor urut satu dan paslon nomor urut dua.
Elektabilitas berdasarkan pertanyaan terbuka (top of mind), dua nama muncul. Urutan teratas, paslon Sanusi-Didik Gatot sebanyak 46,00%. Latifah Shohib-Didik Budi sebanyak 29,67%. Heri Cahyono-Gunadi Handoko hanya 6,33%. Sisanya, adalah nama-nama lainnya.
Dalam butir pertanyaan pilihan, survey menunjukkan paslon Sanusi-Didik Gatot menempati posisi tertinggi: 52,43%. Latifah-Didik Budi: 33,67%. Heri Cahyono-Gunadi Handoko di bawah 10%. Sisanya 5,53% menjawab tidak tahu.
Namun, perlu dilihat posibilitas publik merubah pilihannya (swing voter). Potensi swing voter masih sangat besar. Utamanya dari masyarakat rentang usia 26-35 dan 36-45 tahun. Swing voter dari usia 26-35 tahun yang kemungkinan merubah pilihannya sebesar 53,5 %. Disusul kemudian di rentang usia 36-45 tahun sebesar 53,6 %.
Menariknya, rentang usia 17-25 tahun, justru merubah pilihannya sebesar 39 % (notabene kecil). Sudah menetapkan pilihan sebesar 50 %. “Sehingga, barangkali perlu ada pengemasan pesan politik dari para paslon yang lebih efektif,” ungkap Zen Amirudin.
Tingkat partisipasi politik masyarakat terbilang tinggi. Hasil ini juga menjadi angin segar bagi perkembangan dunia politik lokal di Kabupaten Malang. Tercatat 92 % dari total responden, memastikan memberikan suaranya pada hari pemilihan. Sebanyak 80,9 % responden tahu akan ada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Malang. Ini menjadi indikasi positif. Bahwa tingkat politic literacy di masyarakat Kabupaten Malang cukup baik.
“Hasil survei yang menyatakan tingginya partisipasi politik di Kabupaten Malang ini, merupakan tantangan bagi penyelenggara. Juga semua paslon untuk membuktikannya,” pungkas Zen. (roz/jan)