Malang – Sukarelawan atau sering disebut relawan, adalah mereka yang melakukan sesuatu, dengan sukarela. Tanpa ada kewajiban atau pemaksaan serta mengharapkan imbalan atau penghargaan. Relawan bertindak karena bersimpati, demi meringankan masalah sosial di sekitarnya. Di masa pandemi Covid-19, relawan turut berperan. Tidak hanya relawan di bidang kesehatan, tapi juga relawan yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial. Perannya penting dalam membantu meringankan kesulitan. Mengingat pandemi telah berdampak ke segala sendi kehidupan masyarakat.
‘’Keputusan jadi relawan itu sudah ada sejak April. Saya sebelumnya bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah di Sulawesi Selatan. Hati saya ingin berkontribusi dan tidak bisa hanya diam di rumah saja. Akhirnya pada Agustus, orang tua merestui keinginan saya, setelah sejak April saya meminta restu. Saya mulai bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet bulan September,’’ ujar dr. Aulia Giffarinnisa pada acara Dialog Produktif, yang diselenggarakan KPCPEN, Jumat kemarin.
Tentunya menangani pasien Covid-19 bukan hal mudah. Tenaga kesehatan seperti dr. Aulia harus terus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama delapan jam. Apalagi dr. Aulia bertugas di HCU (High Care Unit), yang merawat pasien Covid-19 dengan kondisi memerlukan perhatian khusus. Bekerja dalam pengap dan menahan haus dan lapar sudah jadi risiko pekerjaannya.
‘’Kami bekerja bergiliran selama delapan jam. Biasanya dari pukul enam pagi sampai jam dua siang. Tapi karena memakai APD, kita mulai persiapan dari jam 5 pagi, dan harus puasa selama delapan jam itu. Karena kita tidak melepaskan APD bahkan untuk ke toilet. Kalau kita minum pasti ingin ke toilet,’’ terangnya.
Kisah inspiratif dari relawan lainnya berasal dari Yusrin Zata Lini, Anggota Relawan Jurnalis Bergerak. Ia dan rekan-rekan jurnalis lainnya, menginisiasi gerakan sosial untuk membantu kesulitan ekonomi para pekerja lepas harian.
‘’Masih banyak teman-teman kita di luar sana, yang harus bekerja berjibaku di jalanan untuk mendapat pendapatan harian. Selain pendapatan mereka tergerus, tidak memiliki informasi cukup mengenai Covid-19 sehingga cenderung tidak peduli. Mereka lebih khawatir dengan anak mereka nanti makan apa, daripada virus yang tidak tampak ini,’’ terangnya.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Yusrin Zata menggalang donasi dengan sasaran penerima pekerja lepas harian. ‘’Setidaknya menolong kehidupan mereka yang masih harus bekerja di jalanan, selama satu atau dua minggu ke depan. Kita memberikan bantuan-bantuan ini dalam bentuk sembako, masker, hand sanitizer dan flyer edukasi terkait Covid-19,’’ katanya.
Gerakan sosial #JurnalisBergerak mulai, mengumpulkan donasi melalui platform digital benihbaik.com, dengan target Rp 100 juta, ‘’Meski kita mengatasnamakan jurnalis, tapi semua orang boleh membantu. Setidaknya kita menjadi wadah untuk masyarakat umum yang ingin berkontribusi,’’ katanya.
Penerimanya adalah pekerja non formal. Seperti tukang ojek, pemulung, pedagang kecil, sopir angkutan umum, dan masyarakat terdampak lainnya. Dalam waktu satu bulan, telah terkumpul Rp106 juta dari 339 donatur. Kemudian dana itu disalurkan ke 600 penerima manfaat yang disalurkan ke lima wilayah administrasi DKI Jakarta.
‘’Ternyata masih lebih, sehingga kami membuka lagi penyaluran paket bantuan ke masyarakat berdasarkan rekomendasi. Baik oleh perorangan maupun komunitas seperti ke para guru honorer dan tukang pijat tuna netra,’’ ungkapnya. (rdt)