Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag), turut mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam sektor pendidikan keagaaman. Yang juga terkena dampak akibat pandemi Covid-19. Untuk besaran bantuan yang dialokasikan, mencapai Rp 5,7 triliun.
‘’Anggaran sebesar itu, sudah dialokasikan pada beberapa program. Dan kami manfaatkan sangat baik,’’ kata Menteri Agama, Fachrul Razi saat memberikan keterangan pers, perkembangan pemulihan ekonomi nasional di Kantor Presiden, Rabu (25/11) kemarin, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Fachrul Razi merinci, subsidi penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Madrasah, subsidi kuota internet untuk mahasiswa. Lalu, bantuan operasional untuk pendidikan keagamaan Islam, pondok pesantren, Madrasah Diniyah Takmiliyah dan lembaga pendidikan Al Qur’an. Bantuan daring juga diberikan untuk pondok pesantren dan bantuan untuk guru Raudhatul Athfal (RA), madrasah dan guru pendidikan agama Islam.
Kemenag sendiri, ujar dia, juga mendapat sebagian alokasi dari anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN). Kegunaannya untuk Bantuan Operasional Pendidikan. Antara lain untuk menambah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan beberapa dialokasikan untuk optimalisasi belanja barang keperluan pendidikan.
Rincian alokasi anggaran dialokasikan untuk bantuan internet bagi mahasiswa, guru dan dosen. Besarannya untuk pendidikan Islam, Rp 1.156.213.455.000, yaitu dengan penerima sebanyak 9.958.011 siswa madrasah.
Lalu ada Rp 987.740.505.000 yang diberikan pada 1.123.153 mahasiswa. Ada bantuan juga alokasi bantuan lagi sebesar Rp168.472.950.000. ‘’Alhamdulillah, dananya sudah turun dan akan segera diturunkan (disalurkan). Saya yakin itu sangat bisa membantu, mahasiswa, murid dan guru,’’ lanjutnya.
Alokasi bantuan tersebut, ditegaskannya, bukan hanya untuk pendidikan Islam saja. Pendidikan agama Kristen, juga mendapat alokasi bantuan yang ditangani Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Kristen. Senilai Rp 3 miliar untuk 200 perguruan tinggi keagamaan Kristen swasta (PTKKS).
Alokasi bantuan untuk Ditjen Bimas Budha, juga mendapat anggaran Rp 316.200.000 yang diberikan pada 1.581 penerima. Terdiri dari 1.442 mahasiswa dan 139 dosen. Alokasi ini bersumber dari anggaran Ditjen Bimas Budha. ‘’Jadi bantuan ini tidak hanya untuk murid atau mahasiswa. Tetapi juga untuk guru dan dosen,’’ sebutnya.
Lalu untuk Ditjen Bimas Hindu, Kemenag juga mendapat alokasi sebesar Rp 1.645.800.000. Bantuan untuk guru pratama widya pasraman, adiwidya pasraman, madyama widya pasraman, utama widya pasraman dan pendidikan tinggi keagaman Hindu.
Juga terdapat bantuan paket data internet untuk penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh, bagi guru agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu di sekolah masing-masing.
Terkait bantuan ini, Kemenag juga telah menerbitkan petunjuk melalui Keputusan Menteri Agama No. 0715 Tahun 2020, tentang pedoman penggunaan kuota data internet.
Ia juga bersyukur bantuan yang diberikan pemerintah dapat meringankan beban para tenaga pendidik. Bantuan pun diberikan sejak awal pandemi, agar para pendidik dapat mengajar dengan baik di masa pandemi. Seperti madrasah yang jumlahnya hampir 83 ribu, sebesar 95 persennya adalah swasta.
‘’Swasta artinya tidak mendapat perhatian yang lebih dibandingkan (madrasah) dengan yang negeri. Tetapi selama (pandemi Covid-19 kami sama ratakan. Semua mendapat bantuan yang sama. Sehingga mereka bisa melakukan tugasnya dengan baik,’’ ujarnya.
Hal itu karena, Kemenag bercita-cita untuk memajukan memajukan sekolah agama. Kemenag menargetkan bahwa sekolah agama dan sekolah keagamaan harus lebih baik dari sekolah umum. (* rdt)