Malang – Obyek wisata ramai dikunjungi wisatawan bergantung pada: perilaku, kebiasan dan keramahan warga sekitarnya. Ini disampaikan saat Peningkatan SDM Pariwisata Bagi Pengelola DTW Kabupaten Malang. Sejumlah pemateri atau praktisi, Rabu (25/11/2020) siang, dihadirkan. Mereka berbagi banyak hal dengan pluhan peserta. Di balai desa Tambakrejo Sumbermanjing Wetan. Mulai pukul 11.00.
“Misi kegiatan ini, menambah wawasan. Meningkatkan citra dan mutu. Terwujudnya skill, motivasi, inovasi dan cekatan membuat daya tarik wisatawan,” ungkap Kasi Destinasi Wisata Budaya Disparbud Kab Malang, Dion Bawono, membacakan laporan panitia kegiatan.
Acara serupa, juga digelar di beberapa lokasi. Diantaranya, Wringinanom Poncokusumo, Waturejo Ngantang, Ngadilangkung Kepanjen dan terakhir Rabu kemarin. Tambakrejo dipilih karena memiliki destinasi wisata berupa pantai yang menjadi banyak pilihan.
“Di Malang Selatan, banyak potensi obyek wisata yang perlu dikelola dengan SDM yang berkualitas. Nanti hasilnya peningkatan PAD,” ujar Camat Sumbermanjing Wetan, Budi Suliono SH dalam sambutannya.
Budi menyinggung, jika pengusaha warung makan untuk rest area, disarankan tidak menjual mahal produknya. Warga perlu pula memperhatikan kesehariannya. Jangan sampai baru bangun tidur, situasi masih berserakan, kemudian melayani pengunjung atau wisatawan.
Tengah siang, paparan disampaikan Dosen Universitas Brawijaya Malang, Yusri Abdillah, SSos Msi PhD. Lebih akademis. Ia menganalogikan krisis Bali pasca teror. Pemerintah berupaya memulihkan potensi wisata. Kuncinya: kerjasama, sinergi berbagai komunitas, termasuk pengusaha, pengelola dan warga sekitar obyek wisata.
Kebersihan lingkungan wajib dijaga. Perlu komunikasi antar komunitas.”Perlu dipikirkan, bahwa wisata itu juga untuk generasi penerus. Anak cucu kita. Harus menikmati hasil wisata,” jelas Yusri Abdilah pada puluhan peserta.
Paparan dilanjutkan Purnomo Ansori, Ketua Pokdarwis Kab Malang, juga pengurus Pokdarwis Jatim. Prestasinya kondang. Terutama pengelolaan Gubuk Klakah. “Saya bisa berbuat apa untuk desa saya. Menjadi orang gila untuk berjuang sekuat mungkin,” ungkapnya.
Gila dimaksudnya, perjuangan totalitas, kreatif dan inovatif namun peka lingkungan. Ia menceritakan perjuangan anggotanya beberapa silam. “Tiap orang itu punya hak asasi berwisata. Saat jenuh, butuh refreshing. Yang diminati, terkini pengalaman baru. Yang perlu dipikirkan dan harus dilakukan agar wisatawan selama mungkin di obyek wisata,” cerita Purnomo.
Ia mencontohkan pantai Sendiki. Perlu ada nilai value yang sangat bisa ditonjolkan. Sehingga daya tarik value pantai tersebut dapat memancing wisatawan. Purnomo menyarankan, agar warga menampilkan informasi dan foto apa adanya. Tanpa berlebihan atau membohongi pemirsanya. Sebab hal tersebut menyangkut kepercayaan wisatawan untuk tidak bosan. (san/jan)