
RAHASIA: Peneliti MRCPP saat melakukan risetnya terhadap buah merah Papua.( istimewa)
Malang – Tak dapat dipungkiri, Indonesia adalah negara kaya akan diversitas buah-buah endemik yang eksotis. Salah satunya buah merah, dari tanah Papua (PandanusconoideusLam.). Buah merah dari Papua, memiliki ukuran gigantik. Panjang sekitar 86-110 cm, diameter buah dengan lebar 30-35 cm. Buah ini adalah buah endemik, yang ditemui di Papua saja. Ciri yang menonjol dari buah merah, warnanya merah pekat dari ekstrak minyak buahnya.
Masyarakat Papua memanfaatkan minyak buah merah, untuk berbagai aplikasi. Misalnya sebagai pewarna alami sosis, atau produk makanan lain. Ekstrak minyak buah merah dalam bentuk cairan, dijual sangat mahal. Antara Rp 35 ribu – 168 ribu per 100 mililiter. Jika dalam bentuk kapsul, antara Rp 24 ribu hingga Rp 80 ribu, per 60 kapsul.
Banyak peneliti melaporkan, warna merah pekat buah tersebut, mengandung beta-karoten sebagai pigmen utamanya. Namun, tim peneliti Laboratorium Brotosudarmo, Pusat Penelitian Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) tidak percaya begitu saja. Dari situlah, MRCPP bekerjasama dengan Dr. Konstantina Maria Brigita Kameubum, dari Universitas Cendrawasih, melakukan penelitian. Apa saja senyawa yang ada dalam pigmen karotenoid buah Merah. Penelitian ini membuahkan hasil yang menggembirakan: jenis karotennya dikenal bisa menyembuhkan beberapa penyakit.
‘’Saya melihat ada kemiripan karakteristik warna pigmen merah pekat, dari minyak buah merah, dengan minyak buah cabe merah,’’ jelas Dr. Tatas H.P. Brotosudarmo, peneliti utama MRCPP.
Minyak ekstrak cabe merah, dengan kode pewarna alami E160c, sangat umum digunakan dalam industri makanan. Sebagai pewarna alami warna merah yang pekat dan cukup stabil terhadap suhu perlakukan yang tinggi.
‘’Berangkat dari sana, para peneliti kami melakukan penelitian lebih lanjut. Jenis karotenoid apa saja yang terdapat dalam buah merah,’’ terangnya.
Heriyanto, peneliti Lab. Brotosudarmo, berhasil memisahkan komponen-komponen pigmen karotenoid yang ada di buah merah tersebut dan mengidentifikasi struktur kimianya. ‘’Karotenoid utama yang memberi warna merah pekat dari minyak buah merah adalah pigmen karotenoid yang sama dengan pigmen karotenoid yang ada pada buah cabe merah yaitu capsantin dan capsorubin,’’ terang Heriyanto.
Capsantin dan capsorubin, memiliki keunggulan unik dibandingkan karotenoid lain. Dalam jurnal internasional Frontier in Pharmacology, 2020, vol. 11, hal. 832 menyebutkan, karotenoid tersebut masuk di dalam daftar bahan fitokimia, yang mampu menanggulangi masalah Multi Drug Resistance (MDR, kebalnya bakteri, virus, parasit terhadap obat) pada terapi kanker. Meningkatkan kematian (apoptosis) sel limfoma, mencegah karsinogenesis, dan menurunkan stres oksidatif pada sel sehat.
British Journalof Nutrition, 2003, vol. 89, hal. 787 juga menyebutkan, konsumsi capsantin dan capsorubin, dapat menurunkan risiko penyakit kronis. Seperti penyakit kardiovaskular. Masyarakat sendiri mengkonsumsi minyak buah merah untuk kesehatan. Karena dipercaya untuk meringankan gelaja stroke dan hipertensi.
Komposisi karotenoid dari buah merah Papua, yang sama dengan komposisinya pada cabe merah tersebut, membawa banyak hipotesa dan dugaan, terkait dengan seberapa dekat jalur mekanisme biosintesis karotenoid dari kedua buah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan tersebut, saat ini para peneliti Lab. Brotosudarmo di MRCPP Universitas Ma Chung, memfokuskan risetnya pada upaya menyingkap rahasia alam, terkait jalur biosintesis karotenoid pada buah merah Papua.
Yang menjadi highlight penemuan, yang telah dipublikasikan di jurnal di atas adalah, selama ini karotenoid capsantin dan capsorubin, serta jalur biosintesisnya hanya ditemukan pada tumbuhan dikotil. Seperti buah cabe merah, kecuali bunga Tiger Lily (Liliumlancifolium) dan buah asparagus (Asparagus officinalis) yang adalah tanaman jenis monokotil.
Sedangkan buah merah Papua, termasuk dalam monokotil atau tumbuhan yang memiliki biji tunggal tidak terbelah. Kelompok riset Dr. Brotosudarmo mengusulkan, jalur biosintesis karotenoid pada buah merah Papua ini, merupakan kombinasi dari jalur yang ada pada buah cabe merah dan pada bunga Tiger Lily.
Penelitian-penelitian dasar yang bersifat garda depan, seperti analisa jalur biosintesis senyawa aktif tersebut pada buah merah Papua, sangat penting untuk mengetahui signifikansi biodiversitas Indonesia.
Penelitian dasar menjadi fondasi kuat bagi Indonesia, yang mandiri dan mampu mengelola biodiversitas, menjadi modal dalam strategi kemandirian bahan baku industri. Baik di bidang pangan maupun fitofarmaka. (rdt)