Batu – Siang kemarin (8/11), langit Kota Batu benar-benar berwarna. Hal itu tampak setelah ratusan layang-layang hias, diterbangkan secara bergantian di langit Panderman. Meski baru kali pertama menggelar hajat Lomba Layang-layang hias. Namun peminatnya sudah merambah berbagai kota di Indonesia.
Mulai dari Mojokerto, Yogyakarta, hingga Pulau Dewata Bali. Termasuk yang dari Malang Raya sendiri. Semua tumpek blek di lapangan Sendratari, Sisir, Kota Batu. Untuk merebutkan hadiah Rp 2,5 juta untuk juara 1, runner up Rp 2 juta dan Rp 1,5 untuk juara 3.
Lomba layang-layang hias nasional, yang merupakan salah satu rangkaian perayaan HUT ke 19 Kota Batu yang baru pertama kali diselenggarakan itu, dibuka langsung Wali Kota, Dewanti Rumpoko.
‘’Biasanya lomba layang-layang seperti ini, digelar di pinggir pantai lepas. Tak di area pegunungan seperti ini. Namun saat ini Kota Batu telah mencobanya. Mudah-mudahan even ini, bisa menjadi salah satu atraksi yang menarik untuk wisatawan yang datang ke Kota Wisata Batu,’’ tutur walikota perempuan pertama yang memimpin Kota Batu ini.
Dewanti mengatakan, pada lomba layang-layang ini, harus tetap mengedepankan protokol kesehatan. ‘’Selamat bersenang-senang semoga selalu sehat, lancar, dan sukses. Semoga anginnya tak datang terlalu besar dan tak terlalu lemah. Agar layang-layang bisa terbang dengan baik. Tapi ingat, harus tetap kedepankan protokol kesehatan. 3M jangan sampai lupa. Memakai masker, jaga jarak dan hindari kerumunan, serta cuci tangan dengan sabun di air mengalir,’’ ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, Arief As Siddiq menambahkan, pada lomba layang-layang ini, para peserta memang wajib menggunakan masker. Serta mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
‘’Even yang baru pertama kami gelar ini, pesertanya se Malang Raya. Bahkan ada yang dari Bali dan Yogya. Yang luar biasa, pesertanya hampir 100 lebih,’’ beber dia.
Namun, lanjut Arief, dari 100 layang-layang hias itu, terdapat beberapa yang sangat bagus. Mungkin yang paling bagus ada sekitar 40-an layang-layang hias.
‘’Dilihat sekilas fisiknya besar. Tapi meski fisiknya terlihat besar, belum tentu bakal menang. Dan yang fisiknya kecil pun bisa jadi bakal menang. Selain itu, memang keputusan para dewan Juri tidak bisa diganggu gugat. Ada pengkategorian. Istilahnya kriteria penilaian,’’ ungkapnya.
Selain itu, lanjut Arif, keputusan dewan juri juga tak bisa diganggu gugat. Karena telah ada beberapa kategori. Atau bisa juga dikatakan kriteria dalam melakukan penilaian. Pihaknya juga sangat optimis jika even itu sangat bagus dan menarik.
‘’Semoga saja even ini bisa menjadi even tahunan. Serta mampu menjadi daya tarik wisatawan dan penggemar layang-layang se Indonesia bisa terakomodir di Kota Batu. Dengan tujuan menaikkan kunjungan wisata serta bertambahnya ikon wisata di Kota Batu,’’ urai dia.
Apalagi di masa pandemi ini, baik peserta maupun penonton, benar-benar bisa menikmati hiburan. Dan tetap bisa menerapkan protokol kesehatan. Peserta bisa terus menjaga jarak, karena jika berdekatan justru akan susah untuk menerbangkan layang-layang.
Pun dengan penonton, juga tidak perlu bergerombong. Mereka bisa melihat dari jarak jauh. Karena layang-layang hias itu, justru terlihat indah ketika disaksikan dari jarak yang lumayan jauh. Untuk kedepannya, harap dia, setelah pandemi mereda pesertanya bisa lebih banyak dari pada saat ini.
‘’Dengan situasi pandemi Covid-19 saat ini. Dan telah diikuti oleh hampir 100 peserta. Maka ini adalah salah satu capaian yang sangat luar biasa,’’ ucapnya.
Sementara itu, Salah satu peserta lomba layang-layang asal Mojokerto, Kamdi mengatakan, jika dirinya sangat antusias mengikuti lomba layang-layang di Kota Batu. Karena menurutnya tak hanya mengikuti lomba, namun juga bisa sekaligus berlibur.
‘’Target saya yang utama buka menjadi juara. Namun melestarikan kesenian adalah yang utama. Selanjutnya untuk hiburan. Kalau untung bisa juara, saya sangat bersyukur. Apalagi di masa pandemi ini, kami perlu hiburan sekaligus kegiatan. Tapi tetap yang aman dari Covid-19,’’ jelasnya.
Dalam lomba tersebut, Kamdi membawa layang-layang andalannya yakni Naga Mas. Yang panjangnya mencapai 90 meter. Serta saat menerbangkannya membutuhkan 15 orang. Butuh kerjasama dan saling pengertian, dalam tim yang dia pimpin. Jika tidak, mustahil layang-layang itu bisa mengudara.
‘’Kepala naga layangan ini juga dilapisi oleh kulit kambing. Bulan kemarin layangan ini juara 2 di Lamongan dalam lomba layang-layang hias se Jawa Timur,’’ ungkap Kamdi.
Sementara itu untuk menentukan jawara pada lomba layang-layang ini, terdapat beberapa aspek yang harus dipenuhi peserta. Yakni kelancaran dalam menerbangkan atau start, layang-layang harus stabil saat terbang dan desain yang sangat menarik. (ant/rdt)