Malang – Pandemi Covid-19 membuat kegiatan masyarakat mengalami pembatasan dalam rangka pencegahan penyebaran virus. Tentu ini sangat memengaruhi berbagai kegiatan usaha. Ujungnya, berimbas pada kontraksi penurunan perekonomian.
Kondisi ini juga dirasakan kelompok usaha masyarakat terdampak bencana yang selama ini mendapat pendampingan ekonomi dari Badan Nasional Penanggulangan Bancana (BNPB). Meski begitu, kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi hingga kini tidak boleh menurunkan semangat. Namun, harus dijadikan momentum kebangkitan.
Saat hadir meninjau acara Malang ITT Expo di Malang Town Square (Matos), Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Ir. Rifai MBA mengatakan, BNPB tidak hanyak bertugas dalam penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana dan penanganan tanggap darurat. Namun, pihaknya juga memberikan pendampingan kepada kelompok terdampak bencana untuk meningkatan ekonominya.
“Dengan semangat ‘Tangguh Melawan Covid-19, Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit’, BNPB pada tahun 2020 ini hadir kembali dengan kegiatan ‘Dukungan Pemasaran Hasil Pendampingan pada Kelompok Terdampak Bencana’ melalui pameran,” jelas Rifai.
Kegiatan dukungan pemasaran (duksar) oleh BNPB itu, untuk mempublikasikan hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana, serta meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat terdampak bencana. “Adapun tujuannya adalah mempromosikan dan mengenalkan produk kelompok masyarakat yang terdampak, sehingga dapat meningkatkan penjualan dan pendapatan masyarakat terdampak,” tutur Rifai.
Lebih lanjut , Rifai mencontohkan, saat ini sebagian besar masyarakat yang terpapar bencana di NTB telah mampu memproduksi gula aren sebanyak 30-40 ton per bulan dan sudah dipasarkan. Mereka juga sudah melakukan pengembangan pada sebuah komoditas baru yaitu black garlic yang dikemas juga dalam rangka untuk peningkatan imunitas stamina.
“Produk-produk yang akan kami pamerkan berasal dari UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) hasil pemulihan ekonomi kelompok masyarakat terdampak bencana di beberapa daerah. Seperti dari Lombok (Nusa Tenggara Barat), Malang (Jawa Timur), Sukoharjo (Jawa Tengah), Banjarnegara dan Garut (Jawa Barat), Pekanbaru (Riau), Sinabung (Sumatera Utara), dan Sentani (Papua),” ungkap Rifai.
Produk-produk UMKM dari daerah terdampak bencana dari Lombok Utara. Antara lain berupa kopi santong, madu trigona Desa Sukadana, usaha tenun Desa Karangbajo, usaha coklat Desa Genggelang, dan mete Desa Gumantar.
Dari Lombok Timur berupa kopi Sajang, kopi kembang kuning, tenun sembalun, bawang hitam (black garlic) sembalun, usaha mete Desa Sugian dan Desa Bilog Petung. “Produk lain berasal dari UMKM daerah terdampak bencana di Jawa Barat, antara lain kopi Banjarnegara dan tepung mocaf dan “kopi Tjimanoek” Garut.
Kemudian dari Malang ada produk Batik Malang. Sementara dari Jawa Tengah, ada produk kopi Banjarnegara dan kain lurik Sukoharjo. Dari daerah terdampak bencana di Sumatera Utara, ada produk “kopi cimbang” Sinabung. Kemudian dari Riau, ada “kopi Lajukela” Pekanbaru,” pungkas Rifai.(jof/ekn)