Malang – Jelang kepulangannya, Habib Rizieq Shihab menyebut bahwa dirinya tidak mendapat bantuan Pemerintah Indonesia sampai akhirnya akan pulang ke Tanah Air pada Senin (9/11).
Terkait hal tersebut, Duta Besar Republik Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegabriel menegaskan bahwa kasus yang menimpa pemimpin Front Pembela Islam (FPI) tersebut tidak masuk dalam prioritas Kedutaan Besar RI ( KBRI) di Riyadh, Arab Saudi.
“Kasus yang menimpa MRS tidak masuk dalam prioritas KBRI Riyadh,” ujar Agus dikutip dari Kompas. com, Jumat (6/11).
Menurutnya KBRI lebih memprioritaskan high profile case (HPC) atau kasus-kasus yang berkaitan dengan hukuman mati dan nyawa.
Ia menerangkan dalam beberapa bulan terakhir KBRI tengah fokus menyelamatkan seorang WNI yang terancam hukuman mati akibat peristiwa 12 tahun lalu.
“Ini yang kami prioritaskan. Kami harus masuk ke daerah pedalaman Saudi untuk melakukan lobi ke tokoh-tokoh masyarakat dan juga ahli waris korban untuk mencari jalan keluar,” jelasnya.
Agus juga mengungkapkan bahwa sejak kasus yang membelitnya di Saudi, Rizieq tidak pernah mengadu ke KBRI Riyadh.
“Bagaimana KBRI bisa bantu? MRS juga tidak pernah mengadukan ke KBRI Riyadh sejak awal kasusnya bergulir. Apalagi ke KBRI Riyadh yang jaraknya 1.000 km dari Mekkah, ke KJRI Jeddah yang hanya 100 km dan cukup 45 menit saja tidak pernah melaporkan permasalahan yang dia hadapi,” kata Agus.
Sebelumnya, dalam kanal YouTube Front TV, Habib Rizieq Shihab mengatakan, apabila ada yang mengaku-ngaku membantu kepulangannya ke tanah air, maka hal tersebut merupakan sebuah kebohongan.
Rizieq mengatakan, dirinya tidak ingin merepotkan, mempersulit, atau memberikan beban kepada pemerintah Indonesia dalam persoalannya ini, sehingga lebih memilih menyelesaikan dan mencari jalan keluarnya sendiri terhadap masalah yang menimpanya tersebut. (kps/anw)