Malang – Industri pariwisata masih tiarap gegara pandemi Covid-19. Namun pelaku industri, tetap optimis bisa bangkit dan berharap pandemi cepat berakhir. Agar pandemi segera berakhir, warga pesisir pantai selatan menggelar ritual sedekah laut. Disebut, Labuhan. Tradisi ini, sudah turun temurun dilakukan masyarakat Desa Kedungsalam.
Merupakan bentuk syukur atas anugerah kemakmuran dan mengusir balak atau bencana. Tradisi Labuhan yang digelar di Pantai Ngliyep Donomulyo Kabupaten Malang, selalu dipadati ratusan pengunjung.
Tapi kemarin digelar terbatas. Lebih banyak warga setempat, karena masih pandemi. Prosesi Labuhan dimulai dengan mengusung ubo rampe ke pulau Macan Kumbang. Letaknya di bibir pantai. Selanjutnya dilakukan ritual sesuai tradisi adat hingga melemparkan sesaji ke tengah laut.
“Kami semua berharap, adanya gelar ritual sedekah laut bisa menjadi awal cerah membaiknya industri pariwisata. Ini menjadi magnet. Kami ingin pandemi cepat berakhir,” tandas Ahmad Faiz Wildan, Direktur Utama PD Jasa Yasa, Senin (2/11/2020).
Faiz Wildan menjelaskan: Ritual tersebut adalah sedekah laut, bukan sesembahan. Ini menjadi wujud syukur kepada Allah SWT. Sesuai tradisi Jawa, khususnya masyarakat lokal di sekitar Pantai Ngliyep. Budaya warisan leluhur.
“Saya berdoa, semoga negeri ini aman. Karena Ngliyep ini, juga salah satu lokasi inspirasi bagi Bung Karno di dalam meneropong Indonesia untuk masa selanjutnya,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, ritual tradisi labuhan ini selalu digelar di bulan Maulid Nabi. “Kegiatan ini, juga bentuk hormat kami terhadap Nabi Muhammad dengan adat Jawa,” paparnya.
Terkait pandemi, ia mengibaratkan kondisinya mirip orang sedang menyelam. Jadi harus kuat nafas dalam menyelam.
“Ini fase kuat-kuatan nafas di waktu menyelam. Kita harus tetap berikhtiar eksis di tengah pandemi. Semoga pandemi cepat berakhir dan Kita bisa meningkatkan omset,” tukasnya.
“Jika di pantai Balekambang menurut sejarah merupakan wilayah penyebaran kerajaan Islam. Sementara Pantai Ngliyep merupakan sejarah penyebaran Kerajaan Mentaraman,” terangnya.
Tradisi ini merupakan warisan leluhur. Karena itu, tradisinya seperti ritual umat Hindu. Kendati hal ini tidak mengurangi esensi dari makna labuhan itu sendiri.
Tradisi Labuhan, memiliki daya tarik bagi wisatawan. Kehadiran ratusan pengunjung yang melihat ritual, merupakan awal positif terhadap kunjungan wisata di pantai Ngliyep.
“Ritual Labuhan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar dan wisatawan luar daerah,” ujarnya.
Pihak PD Jasa Yasa, menyatakan kehadiran ratusan pengunjung di pantai Ngliyep masih jauh dari ekspektasi. “Kita realistis ya. Karena ada batasan 50 persen pengunjung wisata. Ya harus kita ikuti, kan ini juga bagian prokes covid-19. Tetap berpengaruh juga terhadap kunjungan wisata,” terangnya.
Wildan berharap pandemi segera berakhir sehingga industri pariwisata di Kabupaten Malang bisa berangsur pulih. Salah satu contoh seperti di pantai Ngliyep yang sempat ditutup selama tiga bulan tersebut. Kini mulai dibuka kembali, dengan menerapkan prokes bagi pengunjung. Seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak. (*jan)